Sahil Jha, saat memasuki Sekolah Alam Ar Ridho, Senin (16/06), disambut Direktur Sekolah Alam Ar Ridho, Mia Inayati dan suami. (Foto Dok Istimewa)

Semarang, Idola 92.6 FM – Berbagai spirit “save soil” atau selamatkan tanah, Sahil Jha, anak muda 19 tahun asal India yang tengah bersepeda keliling dunia menyambangi Sekolah Alam Ar Ridho Meteseh Tembalang Semarang, Senin (16/06). Selama dua hari, Sahil Jha akan melakukan serangkaian kegiatan, mulai dari talkshow, menanam pohon, hingga bertukar pemikiran bersama para siswa.

Direktur Sekolah Alam Ar Ridho, Mia Inayati, menyatakan, pihaknya bersyukur mendapat kesempatan berharga menjadi tuan rumah kedatangan Sahil Jha di Kota Semarang. Awalnya, sekitar 1 bulan lalu, pihaknya dihubungi tim Save Soil Movement. Sebelumnya, mereka melihat kegiatan sekolah di website dan media sosialnya.

“Dan, ternyata, kata mereka, ada kesamaan visi dengan Save Soil Movement. Sehingga, kemudian, mereka izin, bagaimana kalau mereka berkunjung, saling berinteraksi, diskusi, bertukar pemikiran, dan pengalaman berharga bagi anak-anak di sekolah dan stake holder di Kota Semarang,” kata bu Mia saat diwawancara radio Idola Semarang, Senin (16/06) lalu.

Sahil berada di Semarang selama dua hari. Hari pertama, Sahil akan menggelar talkshow yang dihadiri pemangku kebijakan, tokoh masyarakat, maupun LSM yang peduli terhadap kesehatan tanah. “Acaranya presentasi dari Sahil Jha. Kemudian dilanjutkan dengan keliling kebun di Sekolah alam Ar Ridho,” ujar Mia Inayati.

Menurut Mia Inayati, pada hari pertama juga ada presentasi Farm to table dari para siswa SMP/SMA, dan Warung Alam. Farm to Table it adalah bahan baku dari kebun di sekolahnya. Bahan baku tersebut diolah menjadi sumber pangan.

Kemudian, lanjut Mia Inayati, pada hari kedua, bersama anak-anak sekolah Alam Ar Ridho, dari SD hingga SMA, Sahil akan menanam pohon bersama, bermain, berdiskusi, presentasi, saling bertukar pendapat dan pengalaman bersama para siswa. “Ini tentunya akan menginspirasi anak-anak,” kata Mia.

Ditambahkan, Mia Inayati, setelah rangkaian kegiatan di lapangan selesai, pihak Sekolah Alam Ar Ridho akan membuat semacam agreemen bersama anak-anak melalui finger print serta menanam pohon bersama.

Spirit Sahil Senada dengan Sekolah Alam Ar Ridho

Menurut Mia Inayati, spirit Sahil senada dengan misi Sekolah Alam Ar Ridho. Yakni, menjadikan bumi bukan sekadar tempat tinggal, tetapi rumah bersama yang harus dijaga dan dihormati.

“Gerakan yang dilakukan Sahil sangat penting sekali karena dari sini kita berharap, akan mendapatkan pembelajaran dan pengalaman dari Sahil dan timnya yang akan membawa perspektif global dan pengetahuan mendalam. Yang akan memperkaya program pembelajaran berkelanjutan di sekolah kami..Harapannya ini juga bisa dicontoh sekolah-sekolah lain,” ujarnya.

Kunjungan ini, menurut Mia, bisa menjadi katalisator untuk kolaborasi yang lebih luas. Ia pun berharap, dengan momentum kedatangan Sahil di kampusnya, dapat membangun kemitraan strategis dengan Save Soill Movement, pemangku kepentingan, pemerintah, LSM, maupun sektor swasta. “Harapannya dapat memperkuat program pelestarian lingkungan ke depan,” tuturnya.

Dari kegiatan bersama Sahil Jha dan kampanye “Save Soil” yang diusungnya, Mia Inayati, menekankan pesan yang kuat bahwa tanah ini adalah kehidupan. Setiap makanan yang kita makan. Setiap helaan udara bersih yang kita hirup, pada akhirnya semua itu berasal dari tanah yang sehat.

“Jadi, kesehatan dan ketahanan pangan kita, bahkan stabilitas iklim bumi itu sangat bergantung pada seberapa jauh kita menjaga tanah kita,”kata Mia Inayati.

Berbagai spirit “save soil” atau selamatkan tanah, Sahil Jha, anak muda 19 tahun asal India yang tengah bersepeda keliling dunia menyambangi Sekolah Alam Ar Ridho Meteseh Tembalang Semarang, Senin (16/06). Dalam Foto, Sahil Jha bersama: Direktur Sekolah Alam Ar Ridho, Mia Inayati dan suami dan jurnalis radio Idola Semarang, Nadia Ardiwinata. (Foto Dok Istimewa)

Sahil Jha Lintasi Empat Benua dan Lebih dari 20 Negara

Sahil adalah seorang pemuda yang saat ini berusia 19 tahun yang dikenal karena upayanya dalam mempromosikan gerakan “Save Soil” (Selamatkan Tanah). Dia memulai perjalanannya untuk meningkatkan kesadaran tentang degradasi tanah pada usia yang sangat muda.

Saat berusia 16 tahun, ia telah bersepeda sejauh 15.000 kilometer melintas India, berinteraksi dengan lebih dari 250 institusi, pemimpin politik, dan media untuk menyuarakan pentingnya melindungi tanah.

Saat ini, Sahil Jha sedang dalam misi bersepeda global sejauh 20.000 kilometer melintasi empat benua dan 20 negara untuk terus menyebarkan pesan “Save Soil.”

Perjalanannya dimulai pada 21 Maret 2025 dari Bundaberg, Australia, dan akan melintas Asia, Eropa, Inggris Raya, dan Amerika Serikat. Tujuannya adalah untuk menjangkau jutaan orang melalui acara di sekolah, kuliah umum, dan kampanye media sosial, serta menghimbau pemerintah untuk membuat kebijakan yang mendukung kesehatan tanah.

Di balik kayuhan sepedanya yang menembus empat benua dan lebih dari 20 negara, Sahil Jha tak hanya membawa pesan tentang pentingnya menyelamatkan tanah, ia juga menanamkan semangat perubahan di hati anak-anak muda yang disambanginya.

Salah satu kekuatan kampanye Save Soil adalah mengajak masyarakat untuk terlibat aktif. Melalui laman www.savesoil.org publik bisa belajar tentang tanah, menyebarkan informasi, hingga mendukung kebijakan yang mendorong pertanian berkelanjutan.

Sahil Jha: Masalah Tanah Jarang Disorot

Sahil Sha, di sela-sela talkshow di Sekolah Alam Ar Ridho, menyampaikan, tanah adalah salah satu masalah yang jarang disorot. Tanah adalah isu yang paling sering diabaikan di planet ini saat ini. Padahal, tanah adalah salah satu penyumbang terbesar perubahan iklim.

“Namun ketika ada pembicaraan dan forum tentang perubahan iklim, hampir tidak ada yang menyebutkan tentang tanah,” kata Sahil di sela-sela talkshow bertema “ Pesan untuk Dunia Save Soil bersama Sahil Jha” di Kampus 1 SD Sekolah Alam Ar Ridho Semarang Jl Bukit Kelapa Sawit I Blok AA Bukit Kencana Jaya Meteseh Tembalang.

Saat ditanya mengenai apa makna atau dampak dari degradasi lahan bagi sebuah negara? Sahil menjawab, jika tanahnya tidak subur, atau jika lahannya mengalami degradasi, maka makanan yang dihasilkan dari tanah itu tidak akan mengandung nutrisi. “Akibatnya adalah kualitas makanan dan kandungan nutrisinya tidak akan memadai, dan ini akan berdampak serius bagi kesehatan, baik fisik maupun mental,” ujarnya.

Menurut Sahil, kesehatan tanah sangat berkaitan langsung dengan kesehatan iklim dan lingkungan, baik di tingkat nasional maupun global. “Ini juga berkaitan dengan ekonomi suatu negara, jadi semuanya saling berhubungan,” tandas Sahil. (her/nad)