Sri Wahyaningsih, pendiri Sanggar Anak Alam (SALAM) Yogkarta.(Foto;ย Wahya)

Bantul, Idola 92.6 FM – Sanggar di Yogyakarta ini memusatkan perhatian pada kemerdekaan belajar dan sikap sosial anak. Sanggar ini juga menjadi “oase” ruang belajar bagi anak-anak putus sekolah di lingkungannya. Uniknya sanggar ini, anak-anak tidak pakai seragam, tanpa mata pelajaran, dan tidak ada guru.

Sanggar itu adalah Sanggar Anak Alam (SALAM) Yogkarta. Ia didirikan oleh Sri Wahyaningsih atau akrab dipanggil Bu Wahya.

Pada 20 Juni 2025, SALAM akan memasuki usia ke-25 tahun. Fondasi didirikannya SALAM sebagai sekolah alternatif yang memusatkan perhatian pada kemerdekaan belajar dan sikap sosial anak. Cikal bakal SALM ada di Desa Lawen Kabupaten Banjarnegara, sebelum akhirnya diboyong ke Nitiprayan Ngestiharjo Kasihan Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta.

Salah satu kegiatan Sanggar Anak Alam (SALAM) Yogkarta.(Foto;ย Istimewa)

โ€œSekolahnya bukan kayak sekolah, basicnya riset. Sekolah kami, setiap anak boleh belajar apa saja,โ€tutur Wahya kepada radio Idola Semarang, pagi (18/06) tadi.

โ€œSaya senang anak-anak tumbuh bahagia, menemukan potensinya, dan sekolah kami tak mengambil hak asuh keluarga,โ€tambah Wahya.

Wahya menyampaikan sekolah yang ia dirikan bersama suami, sekarang mempunyai 50 orang (tim). Ia berharap SALAM tetap ada, dan bahkan memotivasi teman-teman di Yogyakarta. โ€œPinginnya sih sekolah ini tetap ada, anak2 semakin terjangkau tidak hanya di Salam, kami memotivasi teman2 di Yogya, kalau ingin mendirikan seperti ini ,silakan datang ke sini,โ€harap Wahya.

Selengkapnya, berikut ini wawancara radio Idola Semarang bersama Pendiri Sanggar Anak Alam Yogyakarta, Sri Wahyaningsih.ย (yes/her)

Simak podcast wawancaranya: