Kepala KPw BI Jateng Rahmat Dwisaputra (tengah) saat memberikan penjelasan terkait pertumbuhan ekonomi.

Jakarta, Idola 92,6 FM-Dalam beberapa hari terakhir, di wilayah Timur Tengah terjadi ketegangan antara Iran dan Israel.

Dampaknya, Iran mengancam akan menutup jalur minyak di Selat Hormuz.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Tengah Rahmat Dwisaputra mengatakan sepanjang 2025 ini, outlook ekonomi provinsi ini masih tumbuh antara 4,7 persen sampai dengan 5,5 persen. Pernyataan itu dikatakan di sela kegiatan capacity building dan media briefing di Jakarta, Jumat (20/6).

Menurut Rahmat, Selat Hormuz merupakan selat yang strategis untuk lalu lintas ekspor impor minyak mentah.

Hal tersebut akan memberikan pengaruh terhadap harga minyak, karena nantinya akan melambung akibat perang tersebut.

Rahmat menjelaskan, harga minyak juga tetap akan mengalami kenaikan dari berbagai faktor tidak hanya karena peperangan

“Yang bisa kita jaga adalah daya belinya. Daya beli masyarakat dijaga supaya tetap terkendali, dan salah satunya melalui penanganan TPID inflasi beras ya. Kita perkuat offtaker yang membeli beras dari petani, maupun offtaker dari industri-industri makanan minuman,” kata Rahmat.

Lebih lanjut Rahmat menjelaskan, dengan menjaga daya beli masyarakat itu maka pengaruh terhadap kenaikan harga minyak bisa dikendalikan.

Diketahui harga minyak mentah melonjak hampir tiga persen, karena perang antara Israel dan Iran yang terus meningkat.

Ketidakpastian sikap Amerika Serikat, menambah kegelisahan investor.

Minyak mentah Brent berjangka ditutup naik US$ 2,15, atau 2,8 persen menjadi US$ 78,85 per barel dan menjadi penutupan tertinggi sejak 22 Januari 2025.

Minyak mentah West Texas Intermediate AS naik US$ 2,06, atau 2,7 persen menjadi US$ 77,20. (Bud)