Makassar, Idola 92.6 FM – Bermula dari cerita di mana rumah-rumah roboh di perkampungan Lantebung Makassar akibat angin laut dan banjir rob yang meluluhlantahkan semuanya. Sosok satu ini tergerak untuk melakukan upaya konservasi lingkungannya melalui penanaman mangrove.
Ia lantas memutuskan untuk menanam mangrove agar bencana tersebut tak terluang kembali. Sosok peduli hutan dan lingkungan ini percaya jika mangrove memiliki fungsi penting guna mencegah banjir rob dan abrasi.
Sosok itu adalah Saraba (63), inisiator Jekomala (jaringan Ekowisata Mangrove Lantebung). Atas apa yang dilakukan sejak tahun 1988 itu, pria yang juga menjadi pegawai negeri sipil itu, meraih penghargaan Kalpataru tahun 2020 untuk kategori Pengabdi Lingkungan.
Menurut Saraba, usaha yang dikerjakan, kini didukung oleh pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat. Hutan mangrove tersebut juga menjadi tempat wisata dan dikunjungi wisatawan baik domestik atau wisatawan mancanegara.
Tak hanya wisatawan yang merasakan manfaat keberadaan hutan mangrove, tapi nelayan juga.
“Kalau masalah mangrove ini, dulunya nelayan walaupun melaut kasihan ini, paling dapat tiga ekor, dua ekor, lima ekor. Alhamdulilah, sekarang dapat banyak. Ikannya, kepiting, udang,”tutur Saraba kepada radio Idola, pagi (02/07)
Jekomala kini menjadi sebuah destinasi wisata ekowisata mangrove yang menawarkan pengalaman wisata alam di tengah hutan mangrove yang luasnya lebih dari 30 hektar.
Selengkapnya, berikut ini wawancara radio Idola Semarang bersama Saraba, inisiator Jaringan Ekowisata Mangrove Lantebung (Jekomala) di Kelurahan Bira Kecamatan Tamalanrea Kota Makassar Sulawesi Selatan. (yes/her)
Simak podcast wawancaranya:
