ilustrasi

Semarang, Idola 92.6 FM-Delapan dekade setelah proklamasi kemerdekaan, Indonesia telah melewati berbagai fase penting dalam pembangunan ekonomi nasional, mulai dari krisis pasca-kolonial, ledakan jumlah pertumbuhan, reformasi pasca-krisis hingga pemulihan dari pandemi Covid-19.

Transformasi ekonomi Indonesia tidaklah terjadi dalam satu garis lurus. Setiap dekade mencerminkan dinamika yang khas baik dari sisi tantangan, kebijakan, maupun pencapaiannya.

Setelah Pemilu 2024 lalu, Presiden RI Prabowo Subianto meluncurkan visi ekonomi baru yang menargetkan pertumbuhan 7 – 8% per tahun. Pada Februari 2025, pemerintah resmi mendirikan Danantara–dana kekayaan negara baru senilai US$20 miliar untuk mendukung sektor strategis seperti energi, manufaktur, pangan, dan teknologi.

Stimulus tambahan pun digulirkan pada pertengahan 2025 untuk menjaga konsumsi, sementara strategi fiskal diperketat melalui penghematan anggaran besar-besaran atau Efisiensi. Di tengah ketatnya likuiditas global, perekonomian Indonesia tetap tumbuh di kisaran 4,8% pada Kuartal I tahun 2025 lalu.

Delapan dekade sejak kemerdekaan, perjalanan ekonomi Indonesia mencerminkan ketangguhan dalam menghadapi krisis dan kemampuan beradaptasi terhadap perubahan global.

Lalu, merefleksi 80 Tahun Indonesia Merdeka bidang ekonomi; apa saja catatan penting yang patut menjadi perhatian serius pemerintah selama satu tahun belakangan? Apa upaya ke depan yang mesti dilakukan Pemerintah Presiden Prabowo Subianto sebagai upaya perbaikan?

Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan narasumber: Direktur Eksekutif CORE Indonesia, Mohammad Faisal dan Ekonom senior Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin. (her/yes/dav)

Simak podcast diskusinya: