Semarang, Idola 92.6 FM-Situasi politik di Indonesia pasca-demonstrasi yang berujung kerusuhan belakangan ini menyisakan banyak pertanyaan. Kerusuhan bukan hanya berdampak pada stabilitas politik tapi juga merembet pada aspek sosial dan ekonomi.
Di sejumlah daerah, aktivitas ekonomi terganggu, kepercayaan investor terguncang, dan masyarakat kecil harus menghadapi ketidakpastian baru dalam keseharian mereka.
Kondisi ini jika tak segera pulih dikhawatirkan akan berdampak pada sejumlah hal. Mulai dari gejolak sosial-politik hingga gejolak di pasar keuangan baik Rupiah maupun bursa saham.
Kita ketahui, merespons gejolak sosial-politik mutakhir, pasar keuangan bereaksi negative. Gejala ini tecermin dari Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG yang dibuka melemah sekitar 3 persen pada Senin awal September 2025. Jika kondisi tak kunjung stabil di sejumlah daerah di Indonesia, tekanan akan berlanjut di pasar saham.
Sebelumnya, beberapa hari perdagangan jelang akhir pekan lalu, IHSG juga sempat anjlok cukup dalam, sekitar 2 persen, karena faktor global dan efek ketidakpastian kondisi politik dalam negeri. Ini membuat IHSG pada periode 25-29 Agustus 2025 melemah 0,36 persen dibandingkan pekan sebelumnya.
Lalu, bagaimana menguatkan fundamental ekonomi di tengah kemelut politik? Langkah-langkah strategis apa yang bisa ditempuh untuk mempercepat pemulihan (recovery), khususnya dengan memperkuat fundamental ekonomi agar bangsa kita lebih resilien menghadapi guncangan politik?
Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan narasumber: Bapak Christiantoko (Direktur Eksekutif NEXT Indonesia Center), Dr. A.B. Widyanta, M.A. (Sosiolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta), dan Dr. Hartati Sulistyo Rini, MA (Sosiolog Universitas Negeri Semarang). (her/yes/dav)
Simak podcast diskusinya: