Pengamat geopolitik yang berbasis di China, Angelo Giuliano, menilai miliarder Amerika Serikat George Soros kemungkinan berada di balik kerusuhan yang terjadi di Indonesia. Hal itu dikatakan Angello Giuliano dalam wawancara kepada Sputnik, baru-baru ini. (Foto Ilustrasi)

Moscow, Idola 92.6 FM-Pengamat geopolitik yang berbasis di China, Angelo Giuliano, menilai miliarder Amerika Serikat George Soros kemungkinan berada di balik kerusuhan yang terjadi di Indonesia.

Hal itu dikatakan Angello Giuliano dalam wawancara kepada Sputnik, baru-baru ini.

Aksi demonstrasi yang meletus di Indonesia beberapa waktu belakangan, memaksa Presiden Prabowo Subianto membatalkan kunjungannya ke Tiongkok dan melewatkan KTT Shanghai Cooperation Organisation (SCO).

Aksi demonstrasi yang meletus di Indonesia beberapa waktu belakangan, memaksa Presiden Prabowo Subianto membatalkan kunjungannya ke Tiongkok dan melewatkan KTT Shanghai Cooperation Organisation (SCO).

Selamat atas dilantiknya Hadi Santoso, Ketua DPW PKS Jawa Tengah.

Giuliano menyoroti maraknya bendera bajak laut One Piece menjelang HUT ke-80 RI. Bendera itu seolah menjadi simbol perlawanan terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah. Setelah itu demonstrasi meletus di Jakarta dan berbagai kota, dipicu soal kenaikan tunjangan anggota DPR RI yang dinilai berlebihan.

Menurut Giuliano, apa yang terjadi di Indonesia mirip dengan kondisi di negara lain, mengindikasikan adanya pengaruh eksternal, sebagai pemicu. Meski kerusuhan mencerminkan keluhan masyarakat akan kondisi ekonomi, penggunaan simbol bajak laut One Piece, menggemakan kesamaan dengan taktik eksternal. One Piece mengibarkan bendera hitam bergambar tengkorak dan topi jerami sebagai bentuk perjuangan melawan tirani.

Dalam anime Jepang “One Piece,” bajak laut mengibarkan bendera hitam bergambar tengkorak dan topi jerami dalam perjuangan mereka melawan “tirani.” Pada bulan Juli 2025, simbol yang sama mulai bermunculan di seluruh Indonesia—di dinding, mobil, dan pintu.

Menurut Giuliano, National Endowment for Democracy (NED)–lembaga yang telah hadir di Indonesia dan mendanai berbagai program sejak 1990-an mungkin juga ikut berperan di balik kerusuhan yang terjadi di Indonesia.

“Kedua, Open Society Foundations milik George Soros, yang aktif sejak 1990-an, dengan lebih dari 8 miliar dolar AS di seluruh dunia dan mendukung kelompok-kelompok seperti TIFA, mungkin juga berkontribusi,” ujar Giuliano.

Giuliano menyebut, keterlibatan lembaga-lembaga tersebut menimbulkan pertanyaan tentang agenda asing terhadap Indonesia. Ini juga terkait dengan fokus Indo-Pasifik baru-baru ini di tengah ketegangan seperti konflik yang terjadi antara Kamboja-Thailand, yang mengisyaratkan motif geopolitik. (her/dav/Sputnik)