
Semarang, Idola 92,6 FM-Dari balik aroma kedelai rebus di sentra tahu Jogoroto, Jombang, terselip masalah klasik yang sudah lama membebani warga: limbah cair pabrik tahu.
Setiap hari, 88 industri rumahan mengolah kedelai hingga 84 ton dan menghasilkan tahu yang jadi kebanggaan daerah.
Tetapi, limbah cair mencapai 1,26 juta liter dengan kadar polutan tinggi dan Sungai Brantas serta lahan pertanian pun tak luput dari dampaknya.
Kini, harapan baru datang dari PGN bersama Kementerian Lingkungan Hidup dan Pemkab Jombang membangun Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Komunal melalui program Kampung Pangan BERSINAR (Berwawasan Lingkungan, Higienis, dan Tenar).
Direktur SDM dan Penunjang Bisnis PGN Rachmat Hutama mengatakan langkah tersebut, ditargetkan menekan pencemaran organik hingga 77 persen. Pernyataan itu disampaikan melalui siaran pers, kemarin.
Rachmat menjelaskan, program tersebut bukan sekadar proyek teknis.
Ada tiga pilar yang dibangun: lingkungan, sosial dan ekonomi.
Menurutnya, dari sisi lingkungan, selain IPAL Komunal, juga dibuat kolam fitoremediasi, pemanfaatan eceng gondok jadi pupuk hingga peralihan energi dari kayu bakar ke gas bumi.
Sisi sosial menyentuh pemberdayaan perempuan, koperasi hingga edukasi sanitasi.
Sementara aspek ekonomi menyasar UMKM, pelatihan branding, sertifikasi halal dan PIRT hingga literasi finansial bagi warga.
“Usaha tahu adalah kebanggaan masyarakat Jombang, menyerap ribuan tenaga kerja. Dengan penguatan aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi, produk tahu khas daerah ini bisa semakin bernilai,” kata Rachmat.
Direktur Perlindungan dan Pengelolaan Mutu Air KLHK Tulus Laksono menambahkan, sentra tahu Jombang dipilih karena dampak limbahnya sudah lama jadi isu serius.
“Dengan IPAL Komunal ini, kualitas air Sungai Brantas bisa diperbaiki, juga untuk menjaga konservasi air tanah,” ucap Tulus.
Sementara Bupati Jombang Warsubi menyambut baik pembangunan IPAL Komunal, menjadi jawaban atas tantangan besar pengelolaan limbah tahu.
“Kami berterima kasih atas dukungan Pertamina Group, KLHK dan DLH Jombang. Harapannya lingkungan lebih hijau, masyarakat berdaya dan ekonomi lokal semakin tangguh,” ujar Warsubi. (Bud)