Semarang, Idola 92,6 FM-Dari balik hiruk pikuk kota Semarang, langkah kecil menuju perubahan besar diam-diam terjadi di dua rumah sakit.
Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum dan RSUP dr Kariadi, kini resmi menikmati suplai gas bumi dari PGN.
Langkah tersebut bukan sekadar perpindahan dari satu jenis energi ke jenis lainnya, tapi sebuah komitmen nyata demi keselamatan dan efisiensi serta keberlanjutan layanan kesehatan.
Momen bersejarah terjadi di RS Panti Wilasa Citarum saat proses “gas in”.
Penyaluran gas bumi pertama dilakukan langsung Area Head PGN Semarang Sugianto Eko Cahyono dengan disaksikan Direktur RS Panti Wilayah Citarum drg. Kriswidiati.
Kerja sama tersebut membawa harapan baru bagi operasional rumah sakit, yang setiap hari melayani ratusan pasien.
Kriswidiati menyebut, penggunaan gas bumi akan sangat membantu efektivitas pelayanan.
Setiap harinya, rumah sakit ini melayani 1.100 pasien rawat jalan dan 150 pasien rawat inap.
“Gas bumi dari PGN akan membuat operasional rumah sakit kami lebih efisien dan aman,” kata Kriswidiati.
Tak hanya lebih efisien dari segi biaya, Kriswidiati juga menyebut penggunaan gas bumi lebih ramah lingkungan.
Gas bumi memiliki berat jenis lebih ringan dari udara, sehingga lebih aman jika terjadi kebocoran.
Sugianto menjelaskan, PGN juga menambahkan zat khusus berbau untuk mendeteksi kebocoran sejak dini.
Langkah tersebut menjadi bagian dari komitmen PGN, terhadap keamanan pelanggan.
RS Panti Wilasa Citarum menjadi rumah sakit kedua di Semarang, yang tersambung jaringan gas bumi.
“Estimasi pemakaian bulanannya mencapai 1.000 hingga 2.000 metrik ton,” ucap Sugianto.
Kini, langkah serupa juga diambil RSUP dr Kariadi.
Rumah sakit rujukan terbesar di Jawa Tengah dengan 1.221 tempat tidur, dan kebutuhan energi tinggi menjadikan rumah sakit yang sebelumnya bergantung pada solar dan elpiji sekarang menjadi lebih efisien.
Direktur RSUP dr Kariadi Semarang dr Agus Akhmadi menyebut, peralihan ke gas bumi memberi dampak cukup baik.
Biaya operasional bisa ditekan hingga 60 persen.
“Dulu pengeluaran bahan bakar mencapai Rp510 juta per bulan, kini bisa hemat hingga Rp290 juta. Total penghematan dalam setahun bahkan bisa menyentuh angka Rp3 miliar,” ucap Agus.
Menurut Agus, dana sebesar itu bukan sekadar angka tapi bisa menjadi nafas baru untuk investasi alat medis.
Sesuatu yang pada akhirnya akan kembali ke pasien, dalam bentuk pelayanan lebih baik.
Gas bumi digunakan untuk layanan penting seperti binatu dan dapur gizi pasien. Efisiensi ini membuat rumah sakit bisa fokus pada hal yang lebih esensial, yaitu menyelamatkan nyawa.
Sugianto menambahkan, suplai ke RSUP dr Kariadi Semarang bahkan dipercepat dari rencana awal November 2025.
Hal ini dimungkinkan, karena infrastruktur pipa gas di Jateng sudah terintegrasi dengan wilayah Jatim.
PGN tak hanya memasok energi, tapi juga menyalakan semangat kolaborasi demi masa depan layanan kesehatan yang lebih baik.
Dengan jaringan yang terus berkembang, PGN menargetkan rumah tangga dan restoran serta hotel hingga rumah sakit lainnya menjadi pelanggan barunya.
“Dengan efisiensi energi ini, rumah sakit bisa punya ruang lebih luas untuk meningkatkan layanan ke masyarakat,” imbuh Sugianto.
Dari tantangan dunia medis, kehadiran energi bersih dan efisien adalah angin segar yang dinanti banyak pihak.
Sebelumnya, Direktur Strategi dan Pengembangan Bisnis PGN Rosa Permata Sari menyatakan, pihaknya akan menggenjot pemanfaatan gas bumi yang berpeluang menjadi energi nasional.
Hal itu sejalan dengan bauran energi nasional untuk gas bumi, yang diproyeksikan sebesar 22 persen pada tahun ini.
”Sejalan dengan bauran energi tersebut, terdapat porsi yang cukup besar bagi gas bumi untuk dimanfaatkan sebagai energi prioritas,” ujar Rosa.
Menurut Rosa, rencananya akan ada beberapa infrastruktur baru yang dibangun untuk memastikan gas bumi disalurkan ke pelanggan dan memberikan manfaat dekarbonisasi besar.
”PGN akan terus membangun jaringan gas rumah tangga, yang dapat mengurangi penggunaan bahan bakar tinggi emisi seperti elpiji dan kerosin,” imbuh Rosa.(Bud)