Pihak rektorat Undip berfoto bersama tim peneliti.

Semarang, Idola 92,6 FM-Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro (Undip) meraih hibah internasional senilai Rp26 miliar, dari program United Kingdom Research Innovation – Southeast Asia (UKRI-SEA) dan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).

Dana tersebut akan digunakan untuk riset penyakit infeksi, dengan fokus utama pada pencegahan penyebaran bakteri multiresisten yang berpotensi menjadi wabah berbahaya di masa depan.

Tim peneliti dipimpin oleh dr. Helmia Farida, M.Kes., Sp.A(K), Ph.D., bersama tiga pakar lainnya yaitu dr. Endang Sri Lestari, Ph.D., Dr. dr. Nur Farhanah, MSi.Med, Sp.PD, K-PTI, dan dr. Rebriarina Hapsari, M.Sc., Sp.MK(K).

Mereka lolos seleksi ketat, mengungguli 51 tim peneliti dari seluruh Indonesia, dan hanya enam tim yang terpilih menerima pendanaan.

Riset yang dinamai INTERCEPT ini, akan mempelajari jalur penularan bakteri resisten antibiotik di rumah sakit, sekaligus mencari cara efektif untuk memutus rantai penyebarannya.

Ketua Tim Peneliti dr Helmia Farida mengatakan hasil penelitian, diharapkan tak hanya menghasilkan modul kebijakan nasional tetapi juga diterapkan di rumah sakit tipe A, B dan C di seluruh Indonesia. Pernyataan itu disampaikan melalui siaran pers, kemarin.

Menurutnya, hal itu penting, mengingat resistensi antibiotik telah menjadi salah satu ancaman kesehatan global.

Sebab, angka kematian akibat bakteri multiresisten di Indonesia mencapai 29,5 persen dari pasien yang terinfeksi dan 10 kali lebih tinggi dibandingkan tingkat kematian akibat Covid-19 di masa awal pandemi.

“Masalah ini sangat serius, namun belum banyak disadari. Solusi tidak cukup hanya mengembangkan antibiotik baru, karena bakteri bisa cepat beradaptasi. Yang lebih penting adalah memutus jalur penularannya,” kata dr Helmia.

Lebih lanjut dr Helmia menjelaskan, penelitian ini juga melibatkan kolaborasi dengan Liverpool School of Tropical Medicine (LSTM) dari Inggris.

Ketua tim peneliti LSTM, dr Joseph Michael Lewis menambahkan, pihaknya telah datang ke Semarang untuk melakukan koordinasi langsung dengan Undip dan rumah sakit yang menjadi lokasi penelitian.

Kolaborasi internasional ini diharapkan mampu menghasilkan temuan yang berdampak luas, tidak hanya bagi Indonesia tetapi juga Asia Tenggara.

Dengan hibah prestisius ini, Undip semakin memerkuat posisinya sebagai pusat riset kesehatan terkemuka.

Harapannya, riset ini mampu menghadirkan terobosan baru yang dapat mencegah ancaman wabah di masa depan, sekaligus mendukung visi Undip Bermartabat, Undip Bermanfaat, dan riset yang berdampak nyata bagi masyarakat. (Bud)