Semarang, Idola 92.6 FM-Pada tanggal 24 September, Indonesia memperingati Hari Tani Nasional tahun 2025. Hari Tani diperingati bukan hanya menjadi agenda seremonial melainkan menjadi pengingat peran penting petani sebagai pilar utama ketahanan pangan nasional.

Momentum Hari Tani mengingatkan bahwa petani memiliki peran vital dalam menyediakan pangan, menjaga kedaulatan pangan, serta menopang perekonomian nasional. Namun, di sisi lain, mereka juga masih berhadapan dengan persoalan klasik seperti akses lahan, kesejahteraan, hingga modernisasi teknologi pertanian. Hal tersebut menjadi pengingat bahwa Hari Tani Nasional bukan sekadar mengenang sejarah, tetapi juga menjadi refleksi atas tantangan yang dihadapi sektor pertanian saat ini.

Terkait isu pangan dan pertanian, bagaimana saat ini keberpihakan Pemerintah? Kita ketahui, Presiden RI Prabowo Subianto menetapkan delapan program prioritas nasional yang dikenal dengan Asta Cita. Salah satu poin penting dalam program tersebut adalah mewujudkan kemandirian ekonomi bangsa dengan menggerakkan sektor-sektor strategis, seperti industri, energi, pertahanan dan yang tak kalah penting yaitu pertanian dan pangan. Menurut Pemerintah, upaya membangun ketahanan pangan nasional menjadi sangat relevan, seiring meningkatnya kebutuhan masyarakat serta pentingnya menjaga stabilitas ekonomi melalui sektor riil.

Lalu, merefleksi Hari Tani Nasional 2025: bagaimana upaya menyejahterakan petani sebagai tulang punggung kedaulatan pangan? Apakah arah kebijakan pangan dan pertanian nasional saat ini sudah menjawab persoalan mendasar yang dihadapi para petani seperti: harga yang fluktuatif, keterbatasan akses pupuk, alih fungsi lahan, hingga regenerasi petani yang kian memprihatinkan?

Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan narasumber: Rektor Universitas Muria Kudus/Pengamat Pertanian, Prof Darsono dan Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distapernak) Provinsi Jawa Tengah, Defrancisco Dasilva Tavares. (her/yes/dav)

Simak podcast diskusinya: