Semarang, Idola 92,6 FM-Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyebut, Anak-anak yang menjadi keracunan makan bergizi gratis (MBG) di sekolah, bukan kasus alergi makanan.
Banyaknya anak yang mengalami keracunan, merupakan fenomena keracunan makanan.
Ketua Pengurus Pusat IDAI Piprim Basarah Yanuarso menyampaikan keprihatinan mendalam, atas banyaknya anak yang menjadi korban keracunan MBG di sekolah. Pernyataan itu disampaikan melalui siaran pers secara daring, kemarin.
Menurutnya, kasus yang terjadi belakangan ini bukanlah akibat alergi makanan melainkan murni keracunan.
“Kalau reaksinya hanya terjadi pada satu atau dua anak, mungkin bisa alergi. Tetapi karena korbannya massal setelah makan makanan yang sama, ini jelas fenomena keracunan makanan,” kata Piprim.
Piprim menjelaskan, program MBG di Indonesia sejatinya memiliki niat baik.
Namun, kasus keracunan yang menimpa ribuan anak menjadi peringatan penting agar pemerintah melakukan pengawasan lebih ketat dalam pelaksanaannya.
“Bagi kami, satu anak keracunan saja sudah sesuatu yang besar, apalagi ribuan. Ini harus dicegah secara sistematis agar tidak terjadi lagi,” jelasnya.
Menurut Piprim, pihaknya mengingatkan jangan sampai program dengan tujuan mulia justru memunculkan kejadian luar biasa (KLB) karena kelalaian teknis di lapangan.
Lebih lanjut Piprim menjelaskan, selain pengawasan distribusi makanan, diperlukan penerapan Gerakan Sekolah Sehat.
Upaya ini mencakup peningkatan higiene dan sanitasi di kantin sekolah, pembiasaan cuci tangan dengan sabun serta keterlibatan aktif guru, siswa, tenaga sekolah dan petugas kesehatan.
“Kolaborasi semua pihak diperlukan agar kasus keracunan tidak terulang. Program yang baik harus dibarengi kesiapan teknis dan edukasi perilaku hidup bersih,” pungkasnya. (Bud)