Sejumlah pelaut saat berada di salah satu armada yang dimiliki Pertamina International Shipping.

Semarang, Idola 92,6 FM-Laut bukan sekadar jalur perdagangan.

Bagi para pelaut, laut adalah ruang hidup, ruang kerja sekaligus ruang harapan.

Keselamatan di laut karenanya bukan hanya soal aturan, tetapi juga soal kemanusiaan.

Inilah semangat yang digaungkan Pertamina International Shipping (PIS), melalui HSSE Leaders Forum 2025 di Jakarta, akhir Agustus 2025.

Dalam forum bertema “From Commitment to Action: Integrating Assurance into Strategic Shipping Excellence”, Sekretaris Jenderal Kementerian Perhubungan, Capt. Antoni Ari Priadi mengingatkan, bahwa 90 persen kecelakaan laut berakar dari faktor manusia.

“Setiap pelaut bukan hanya pekerja, tetapi penjaga keselamatan di laut. Tugas kita adalah memastikan mereka bekerja dalam kondisi sehat, sejahtera, dan terlindungi,” kata Antoni.

Menurutnya, kesejahteraan pelaut menjadi prioritas: dari jam kerja yang manusiawi, waktu istirahat sesuai standar internasional hingga perlindungan sosial.

Bagi Antoni, upaya ini bukan sekadar formalitas regulasi, melainkan investasi untuk keselamatan bersama.

Direktur Armada PIS Irfan Zainul Fikri menambahkan, HSSE bukan hanya urusan audit teknis.

“HSSE adalah tolok ukur kualitas bisnis. Ia menjadi pertahanan kedua agar setiap keputusan, baik operasional maupun strategis, dijalankan secara aman dan bertanggung jawab terhadap lingkungan,” ucapnya.

Irfan menjelaskan, PIS sendiri telah mencatat prestasi gemilang: zero fatality bagi kru kapal dan 40,5 juta jam kerja aman sepanjang 2024 lalu.

“Kesuksesan itu lahir dari langkah nyata, seperti standarisasi manajemen kapal, usulan batas usia kapal maksimal 28 tahun (2025) dan 25 tahun (2028), hingga inovasi Pertamina Safety Approval (PSA) yang kini diadopsi luas di industri perkapalan nasional,” imbuhnya.

Lebih lanjut Irfan menjelaskan, PIS juga merangkul teknologi digital, kecerdasan buatan dan analisis prediktif agar pendekatan HSSE tak lagi reaktif melainkan proaktif dan bahkan prediktif.

“Inilah yang membuat HSSE bukan sekadar kewajiban, tapi identitas. Dengan budaya kerja yang berakar pada keselamatan manusia dan keberlanjutan, Indonesia bisa berdiri sejajar dengan pemain global di industri pelayaran,” jelasnya.

Forum HSSE ini pada akhirnya menjadi ruang pertemuan: antara regulasi dan implementasi, antara teknologi dan nilai kemanusiaan, antara laut sebagai jalur ekonomi dan laut sebagai ruang hidup.

PIS percaya, menjaga laut berarti menjaga kehidupan bagi pelaut, bagi bangsa dan bagi masa depan pelayaran Indonesia di kancah dunia. (Bud)