Salah seorang penumpang KA diajak belajar membatik di Stasiun Semarang Tawang.

Semarang, Idola 92,6 FM-Stasiun kereta biasanya identik dengan hiruk-pikuk keberangkatan, dan kedatangan penumpang.

Namun, suasana berbeda tampak di Stasiun Semarang Tawang pada Rabu (2/10).

Ruang tunggu penumpang disulap menjadi panggung budaya, lengkap dengan fseyen show batik, alunan gamelan hingga workshop membatik yang bisa diikuti langsung para penumpang.

Manager Humas KAI Daop 4 Semarang Franoto Wibowo mengatakan kegiatan tersebut digelar, dalam rangka memperingati Hari Batik Nasional. Pernyataan itu disampaikan melalui siaran pers, kemarin.

“Kami ingin penumpang merasakan pengalaman berbeda di stasiun, sekaligus lebih mengenal batik sebagai warisan budaya Indonesia,” kata Franoto.

Franoto menjelaskan, salah satu yang paling menyita perhatian adalah pagelaran busana karya Wastra Batik.

Model berlenggak-lenggok anggun di tengah hall stasiun, menampilkan koleksi yang memadukan filosofi batik dengan tema Hari Batik Nasional 2025 “Merawit Rasa”.

Tak heran, para penumpang yang menunggu keberangkatan tampak antusias mengabadikan momen unik tersebut.

“KAI juga menghadirkan workshop membatik. Dengan canting di tangan, penumpang diajak mencoba membuat motif khas Semarangan, Pekalongan hingga Madura,” jelasnya.

Menurutnya, nuansa tradisi semakin terasa lewat alunan musik gamelan yang mengiringi acara. Suara gong dan saron berpadu harmonis dengan suasana stasiun, menciptakan pengalaman yang kontras tapi memikat: modernitas kereta api yang berpacu dengan waktu, bertemu kelembutan budaya Jawa yang penuh makna.

“Kegiatan bertema batik ini sekaligus menegaskan bahwa stasiun bukan sekadar ruang transit. Stasiun bisa menjadi ruang publik inklusif, tempat interaksi sosial, edukasi, dan budaya,” imbuhnya.

Lebih lanjut Franoto menjelaskan, dengan acara ini, KAI berharap pelanggan tidak hanya mendapatkan layanan transportasi, tetapi juga pengalaman budaya yang memperkaya perjalanan.

“Kami ingin mendekatkan seni dan budaya Nusantara kepada masyarakat, sekaligus menguatkan identitas bangsa lewat batik,” pungkasnya. (Bud)