Foto udara bangunan mushalla yang ambruk di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Kecamatan Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, Rabu (30/9/2025). (Photo/JawaPos)

Semarang, Idola 82.6 FM-Tragedi robohnya bangunan Pondok Pesantren Al Khoziny di Sidoarjo, beberapa waktu lalu meninggalkan duka mendalam bagi kita semua. Puluhan santri menjadi korban dan bangsa ini kembali diingatkan akan pentingnya keselamatan dalam setiap pembangunan gedung terutama di fasilitas pendidikan.

Kita tahu, jumlah fasilitas pendidikan seperti pesantren, madrasah, dan lembaga pendidikan di Indonesia sangat banyak — tersebar hingga ke pelosok negeri. Karena itu, keselamatan anak-anak kita, generasi penerus bangsa, harus menjadi perhatian utama.

Dari tragedi di Sidoarjo, harapannya dapat menggugah semua pihak: pemerintah, masyarakat, para pengelola pendidikan hingga para profesional di bidang teknik dan konstruksi agar lebih waspada, lebih peduli, dan lebih bertanggung jawab.

Sebelumnya, sebuah tragedi memilukan terjadi di Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur. Bangunan lantai 3 gedung Pondok Pesantren Al Khoziny roboh pada Sabtu (27/09) lalu, menimpa puluhan santri yang tengah beraktivitas di dalamnya. Data hingga Minggi (05/10), tercatat 45 orang meninggal dunia/ dan proses evakuasi masih terus dilakukan oleh Tim Basarnas bersama BNPB dan relawan.

Tragedi ini kembali membuka mata kita semua: mengapa masih terjadi bangunan roboh yang menelan korban jiwa, khususnya pada gedung fasilitas pendidikan? Apakah ini murni bencana, kesalahan teknis, atau ada kelalaian dalam perencanaan dan pengawasan konstruksi? Siapa yang mesti bertanggung jawab?

Dan yang tak kalah penting — sebagai bagian dari upaya negara yang melindungi segenap Tumpah Darah warganya, bagaimana memastikan ke depan, setiap gedung fasilitas publik–terutama sekolah dan pesantren, benar-benar memenuhi standar kelayakan dan keselamatan bangunan?

Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semaranag berdiskusi dengan narasumber, yakni: Dr Mudji Irmawan (Pakar Teknik Sipil Struktur Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya), Mohd. Iqbal Romzi (Anggota komisi VIII DPR RI dari Fraksi PKS), dan Dr. Saifur Rohman (Ahli filsafat dan Budayawan Universitas Negeri Jakarta). (her/yes/dav)

Simak podcast diskusinya: