Gubernur Ahmad Luthfi menyaksikan proses pengolahan sampah di Desa Tersono, Batang.

Semarang, Idola 92,6 FM-Desa Tersono, Kecamatan Tersono di Kabupaten Batang bisa menjadi contoh sebagai desa mandiri pengelolaan sampah.

Dalam pengelolaannya, sampah organik diolah menjadi pakan maggot dan pupuk kompos dalam waktu 12-15 hari, sedangkan sampah plastik dihancurkan menggunakan incinerator mini berbasis teknologi hidrogen yang hemat bahan bakar.

Gubernur Ahmad Luthfi mengapresiasi inovasi warga Tersono yang berhasil mengubah persoalan sampah menjadi peluang, dan langkah Tersono adalah contoh pengelolaan sampah di tingkat hulu. Hal itu dikatakan saat kunjungan kerja ke Batang, kemarin.

“Kalau semua desa melakukan hal yang sama, sampah tidak akan jadi beban besar di TPA. Kita tahu anggaran sampah terbatas, jadi desa harus kreatif dan mandiri seperti Tersono,” kata Luthfi.

Luthfi meminta Dinas Lingkungan Hidup Jateng, untuk menjadikan Tersono sebagai model percontohan serta mendorong desa dan kecamatan lain belajar langsung ke Tersono.

Kepala Desa Tersono, Abdul Mukti menyebutkan, program pengelolaan sampah sudah berjalan selama dua hingga tiga bulan.

Warga dilibatkan langsung dalam pemilahan, dan pengumpulan sampah dari rumah masing-masing.

“Setiap rumah iuran Rp15 ribu per bulan. Petugas mengambil sampah dua kali seminggu. Sosialisasinya dibantu mahasiswa KKN juga, jadi masyarakat mulai terbiasa memilah sampah organik dan anorganik,” ujar Abdul.

Menurut Abdul, kunci keberhasilan program ini adalah kemauan dan partisipasi warga untuk mengelola sampahnya secara mandiri. (Bud)