
Semarang, Idola 92,6 FM-Sebuah sudut kampung di Kota Yogyakarta, deretan gerobak sampah baru tampak mengilap.
Warnanya mencolok dengan tulisan “PGN Peduli Lingkungan” di sisi kanan-kirinya.
Pagi itu, beberapa warga RT 03 Kelurahan Giwangan berkumpul di depan balai warga.
Mereka sedang belajar cara memilah sampah dari petugas kelurahanโsebuah rutinitas baru yang tumbuh dari semangat untuk menjaga lingkungan.
Kehadiran gerobak-gerobak itu bukan kebetulan.
PGN baru saja menyerahkan bantuan 50 gerobak sampah, dan satu unit insinerator kepada Pemerintah Kota Yogyakarta.
Bantuan itu bagian dari program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR), yang fokus pada pengelolaan sampah perkotaan yang lebih efisien dan ramah lingkungan.
Bagi Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo, dukungan dari dunia usaha seperti PGN menjadi energi tambahan bagi pemerintah dalam memerkuat gerakan masyarakat peduli lingkungan.
“Keterlibatan perusahaan dalam urusan lingkungan adalah langkah penting. Bantuan PGN ini sangat bermanfaat, terutama untuk mempercepat pengelolaan sampah di tingkat warga,” kata Hasto.
Hasto menjelaskan, inisiatif itu sejalan dengan program unggulan MAS JOS (Masyarakat Jogja Olah Sampah)โgerakan untuk mendorong warga mengelola sampah mulai dari rumah tangga.
“Kalau masyarakat mulai sadar memilah dan mengolah dari sumbernya, volume sampah bisa jauh berkurang,” jelasnya.
Menurut Hasto, data Pemkot Yogyakarta diketahui sampah harian di kota ini mencapai 300 ton per hari dan sekira 60 persen di antaranya berupa sampah organik yang kebanyakan berasal dari rumah tangga.
Tantangan itu membuat sinergi antara pemerintah, masyarakat dan korporasi menjadi semakin penting.
*Dari Energi Bersih ke Lingkungan Bersih*
Bagi Santiaji Gunawan, Direktur Utama Gagas Energi Indonesia, bantuan ini bukan sekadar program sosial.
Santiaji melihatnya sebagai bagian dari tanggung jawab moral perusahaan, terhadap keberlanjutan lingkungan.
“Kami percaya pengelolaan sampah adalah tanggung jawab bersama. Melalui program ini, kami ingin mendorong masyarakat untuk lebih sadar dalam menjaga kebersihan lingkungannya,” ucap Santiaji.
Santiaji menyebut, setiap gerobak yang disalurkan sudah dilengkapi dengan ember kecil untuk menampung sampah rumah tangga sebelum dikumpulkan.
Desainnya dibuat sederhana, namun fungsional agar bisa langsung digunakan warga.
Selain gerobak, PGN juga menyerahkan satu unit insineratorโalat pembakar sampah berkapasitas 1 hingga 3 ton per hari yang bekerja pada suhu tinggi dan ramah lingkungan.
Fasilitas ini diharapkan membantu mengurangi limbah residu yang tidak bisa didaur ulang.
“Bantuan ini kami rancang agar benar-benar bermanfaat, bukan sekadar simbolis,” imbuh Santiaji.
*Menyalakan Semangat Kota Hijau*
Komitmen PGN terhadap keberlanjutan juga diwujudkan melalui pengembangan jaringan gas bumi (jargas) di wilayah DIY, termasuk Sleman yang menargetkan hingga 12.900 pelanggan dari berbagai sektorโmulai dari rumah tangga hingga usaha kuliner.
“Dengan gas bumi, masyarakat mendapat energi bersih dan efisien, sekaligus ikut menjaga kualitas udara. Bagi kami, lingkungan bersih dan energi bersih adalah dua hal yang berjalan beriringan,” ucap Santiaji.
Bagi warga seperti Siti Nurhayati, bantuan gerobak itu mungkin terlihat sederhana.
Tapi di balik roda besi yang terus berputar tiap pagi, tersimpan semangat baru untuk menjaga bumi mulai dari halaman rumah sendiri.
“Kalau kita semua peduli, Jogja bisa makin bersih, makin nyaman,” ujar Siti pelan sambil mendorong gerobak barunya menuju TPS. (Bud)