Para pekerja di SPPG Desa Jepangpakis, Kudus menyiapkan menu MBG.

Semarang, Idola 92,6 FM-Dari balik kepulan uap nasi dan denting panci yang beradu, aroma masakan menggoda keluar dari dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Desa Jepangpakis, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus.

Setiap pagi, tangan-tangan hangat para pekerja lokal menyiapkan ribuan porsi makan bergizi untuk anak-anak sekolah.

Salah satunya adalah Tri Sugianto, yang sebelumnya berjualan angkringan di kawasan GOR dengan menu sederhana—kopi dan gorengan.

Kini, Tri Sugianto menjadi pengawas dapur program Makan Bergizi Gratis (MBG), program pemerintah yang memberi makan siang bergizi bagi siswa di berbagai jenjang sekolah.

“Saya mulai kerja di sini sejak April. Rasanya seperti menemukan keluarga baru. Kami masak bareng, bercanda, tapi tetap disiplin. Kalau ada yang telat, semuanya ikut bantu supaya makan siap tepat waktu,” kata Tri saat ditemui di tempat kerjanya, kemarin.

Cerita serupa datang dari Nurwati, karyawan bagian pengemasan makanan.

Nurwati mulai bekerja di dapur MBG atas tawaran temannya.

Masuk kerja sejak pukul empat pagi dan pulang menjelang siang, sehingga masih punya waktu untuk keluarga.

“Awalnya saya ragu, tapi Alhamdulillah, ternyata betah. Bisa bantu biaya sekolah anak, apalagi suami sudah meninggal. Kerjanya enak, suasananya kompak. Kalau ada teman yang nggak masuk, ya kita bantu bareng. Rasanya kayak keluarga sendiri,” ucap Nurwati.

Dari dapur SPPG Jati, sebanyak 47 warga sekitar bekerja setiap hari menyiapkan lebih dari 3.700 porsi makanan bergizi.

Menurut Kepala SPPG Jati, Maulidhina Mahardika, seluruh pekerja wajib mengikuti prosedur higienitas yang ketat, mulai dari memakai sarung tangan hingga pergantian pakaian sebelum masuk dapur.

Bagi para pengelola, program MBG bukan hanya soal gizi seimbang bagi siswa, tapi juga soal keberdayaan dan kesempatan hidup lebih baik bagi warga sekitar.

“Kami pastikan prosesnya aman, bersih, dan sesuai standar Badan Gizi Nasional. Banyak ibu rumah tangga dan warga yang dulu menganggur, sekarang punya pekerjaan tetap di dapur MBG,” ujar Maulidhina.

Bagi Tri, Nurwati dan puluhan pekerja lainnya, setiap porsi makanan bukan hanya hidangan bergizi tetapi juga hidangan harapan, hasil kerja tangan-tangan tulus yang ingin melihat anak-anak Indonesia tumbuh sehat dan bahagia. (Bud)

Artikel sebelumnyaCerita Siswa di Kudus Dapat MBG, Uang Saku Ditabung
Artikel selanjutnyaPemprov Beri Bantuan Seribu Sambungan Listrik Gratis di 2025