Nelayan mencari ikan menggunakan kapal yang bebas asap.

Semarang, Idola 92,6 FM-Pagi yang cerah di pesisir Desa Kelan, suara debur ombak berpadu dengan tawa nelayan yang bersiap melaut.

Tak terdengar lagi deru mesin disel yang biasanya memecah sunyi, tak ada pula kepulan asap hitam di udara.

Hanya dentingan ombak dan desir angin yang menemani perahu-perahu bergerak perlahan, meninggalkan pantai.

Pemandangan ini menjadi keseharian baru warga Desa Kelan sejak beberapa bulan terakhir.

Berkat program Desa Energi Berdikari (DEB) yang digagas Pertamina International Shipping (PIS), desa nelayan di Bali itu kini menjadi pionir penggunaan perahu listrik bertenaga surya.

Langkah kecil yang berdampak besar bagi lingkungan dan kehidupan mereka.

Manager CSR PIS Alih Istik Wahyuni mengatakan program DEB di Desa Kelan, berfokus pada inovasi ramah lingkungan melalui inisiatif KeNaLi (Keluarga Nelayan Lestari). Pernyataan itu disampaikan melalui siaran pers, kemarin.

Menurutnya, PIS menyalurkan lima unit mesin perahu listrik lengkap dengan sepuluh baterai dan panel surya untuk pengisian daya.

Dalam dua bulan terakhir, penggunaan mesin listrik ini mampu menekan emisi karbon hingga 62 kilogram COâ‚‚ dan meningkatkan efisiensi energi mencapai 78 persen dibanding mesin berbahan bakar minyak.

“Program ini adalah wujud tanggung jawab PIS sebagai subholding Pertamina di bidang logistik kelautan. Kami ingin menunjukkan bahwa transisi energi tak hanya bisa dilakukan di kota besar, tapi juga di desa pesisir, bersama masyarakat yang hidupnya sangat dekat dengan laut,” kata Wahyuni.

Wahyuni menjelaskan, namun manfaatnya tak berhenti di laut saja, karena di darat PIS bersama mitra Divers Clean Action (DCA) juga menggulirkan edukasi lingkungan melalui pendekatan Door-to-Door Education (DTDE).

Sebanyak 161 keluarga nelayan kini telah terlatih memilah dan mengelola sampah rumah tangga, hingga mampu mengurangi timbulan sampah desa sebanyak 183 kilogram per pekan.

Bahkan, lahir gagasan wisata baru berupa eco trip mangrove, yang memerkenalkan keindahan sekaligus pentingnya menjaga hutan bakau di kawasan Benoa.

Sementara itu, I Wayan Sukarena, Jro Bendesa Kelan melihat program ini sebagai peluang besar untuk mengembangkan desa menjadi destinasi wisata energi bersih.

“Kami tak hanya menjaga alam, tapi juga menciptakan masa depan yang lebih hijau bagi anak cucu,” ucap Wayan.

Salah satu nelayan, Sudiarta, mengaku bangga karena sekarang kapalnya tak lagi mengeluarkan asap.

“Sekarang melaut lebih tenang, tak perlu beli bensin mahal. Laut juga terasa lebih bersih,” ujar Sudiarta.

Kini, di Desa Kelan, melaut bukan hanya soal mencari ikan tetapi juga tentang menjaga bumi.

Suara mesin yang dulu bising telah berganti dengan harmoni alam, dan dari tepian pantai kecil di Bali ini, perubahan besar menuju laut yang lebih lestari tengah dimulai. (Bud)

Artikel sebelumnyaPemprov Dukung Penuh Pemeriksaan BPK
Artikel selanjutnyaNawal Beberkan Peran Perempuan Bentuk Generasi Unggul