Semarang, Idola 92,6 FM-Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Jawa Tengah terus mendorong pengelolaan sampah, yang dimulai dari sumbernya, terutama rumah tangga.
Langkah ini menjadi strategi penting, untuk memperpanjang umur Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sekaligus membuka peluang ekonomi sirkular di tingkat masyarakat.
Kepala DLHK Jateng Widi Hartanto mengatakan hingga kini sekira 50-70 persen sampah yang dihasilkan di provinsi ini, berasal dari rumah tangga. Hal itu dikatakan saat ditemui di Semarang, belum lama ini.
Menurutnya, sebagian besar di antaranya merupakan sampah organik yang sebenarnya masih memiliki potensi ekonomi besar jika dikelola dengan baik.
“Selama ini pengelolaan sampah memang belum maksimal. Padahal sekitar 50 persen sampah itu organik, dan bisa dimanfaatkan menjadi kompos di skala rumah tangga,” kata Widi.
Widi menjelaskan, pihaknya kini memerkuat peran bank sampah dan TPS 3R (Tempat Pengolahan Sampah Reduce, Reuse, Recycle) sebagai ujung tombak pengurangan sampah di tingkat lokal.
Hingga saat ini, tercatat 590 unit TPS 3R telah beroperasi di Jateng dan bank sampah mencapai lebih dari 4.400 unit.
“Kami berkomitmen menambah jumlah TPS 3R di tiap wilayah. Idealnya, satu kelurahan atau desa punya satu TPS 3R. Karena kalau tidak, sampah dari rumah tangga akan langsung masuk ke TPA, dan itu memperpendek umur TPA,” jelasnya.
Lebih lanjut Widi menjelaskan, selain pengolahan organik menjadi kompos, DLHK Jateng juga tengah mendorong pengolahan sampah anorganik menjadi produk bernilai ekonomi, seperti Refuse Derived Fuel (RDF) bahan bakar substitusi untuk pabrik semen.
Nantinya, sistem pengelolaan sampah di Jateng juga akan beralih dari TPA konvensional menuju Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) agar tidak lagi bergantung pada sistem open dumping.
“Potensi ekonomi sirkular tidak hanya datang dari sampah rumah tangga, tetapi juga dari kawasan industri. Widi menegaskan, pengelola kawasan industri kini diwajibkan untuk mengolah sampah mereka sendiri, sehingga yang dibuang ke TPA hanyalah residu yang tidak bisa diolah lagi. Beberapa kawasan industri sudah mulai memiliki TPS 3R. Ini langkah bagus agar semua pihak bertanggung jawab mengelola sampahnya,” pungkasnya. (Bud)