
Semarang, Idola 92.6 FM-Publik kembali diingatkan bahwa ancaman narkoba bukan sekadar persoalan hukum, tetapi juga ancaman serius bagi masa depan bangsa. Polri baru saja melakukan pemusnahan barang bukti narkoba dengan jumlah yang luar biasa besar, yakni mencapai 214,84 ton berbagai jenis narkotika. Presiden Prabowo Subianto turut hadir sekaligus memberikan pesan tegas: perang melawan narkoba tidak bisa dilakukan sendirian.
Presiden menyoroti bagaimana kartel narkoba kini semakin canggih bahkan disebut sudah memiliki kapal selam sendiri untuk mengedarkan barang haram itu. Karena itu, Prabowo menegaskan pentingnya kerja sama lintas lembaga seperti Polri, TNI, BNN, Bea Cukai, Kejaksaan hingga masyarakat sipil–sebagai satu tim. Tidak boleh ada ego sektoral.
Namun, di tengah upaya aparat memberantas peredaran besar-besaran, kita juga menghadapi tantangan di tingkat akar rumput: bagaimana mencegah agar generasi muda tidak terjerat narkoba?
Anak muda kini hidup di era tekanan sosial tinggi, informasi cepat, dan akses yang begitu mudah terhadap banyak hal termasuk potensi penyalahgunaan narkotika. Karena itu, perang terhadap narkoba harus dilakukan di dua front: penindakan keras terhadap jaringan pengedar dan penguatan edukasi serta daya tahan sosial di masyarakat terutama di kalangan remaja.
Lalu, bagaimana membangun kolaborasi lintas sektor dan lintas generasi agar perang melawan narkoba menjadi gerakan bersama, bukan sekadar tugas aparat? Dan, edukasi seperti apa yang bisa menyentuh hati dan pikiran anak muda agar mereka imun terhadap godaan narkoba?
Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan narasumber, yakni: Kepala Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Jawa Tengah, Brigjen Pol. Agus Rohmat dan Sosiolog Universitas Negeri Semarang, Dr. Hartati Sulistyo Rini, MA. (her/yes/dav)
Simak podcast diskusinya:









