Semarang, Idola 92.6 FM-Lembaga internasional seperti IMF sering menggambarkan ekonomi Indonesia sebagai “Resilien di Tengah Ketidakpastian Global.” Disebut tangguh atau “resilien” karena mampu menjaga stabilitas dan pertumbuhan di tengah gejolak ekonomi global seperti perang dagang dan tekanan eksternal lainnya. Hal itu kini seolah terkonfirmasi.
Data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan kabar baik bagi perekonomian Indonesia. Inflasi harga konsumen utama pada Oktober tercatat sebesar 2,86% secara tahunan (YoY) dan 2,10% secara tahun kalender (YtD)–angka yang menandakan stabilitas harga masih terjaga. Di saat yang sama, neraca perdagangan Indonesia juga terus mencatatkan surplus selama 65 bulan berturut-turut, sementara ekspor tetap tumbuh dan impor terkendali.
Di tengah gejolak global–perang yang belum reda, harga komoditas yang fluktuatif, serta perlambatan ekonomi di sejumlah negara besar–capaian ini tentu patut diapresiasi. Bahkan, sejumlah ekonom global menilai Indonesia sebagai salah satu negara yang berhasil menjaga momentum pertumbuhan sekaligus mengendalikan inflasi.
Namun, dengan semua capaian positif ini, muncul pertanyaan: apa arti dari data-data tersebut bagi ekonomi nasional kita? Seberapa kuat fondasi ekonomi kita menghadapi ketidakpastian global di akhir tahun? Dan apakah target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2% hingga 5,5% realistis untuk dicapai di akhir tahun 2025?
Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, nanti kami akan berdiskusi dengan narasumber, yakni: Mohammad Faisal (Direktur Eksekutif CORE Indonesia) dan Prof Rahma Gafmi (Ekonom/ Guru Besar Universitas Airlangga Surabaya). (her/yes/dav)
Simak podcast diskusinya:










