Semarang, Idola 92,6 FM-Senyum hangat merekah di wajah Hartono, ketika langkahnya menapaki halaman Panti Pelayanan Sosial (PPS) PGOT Mardi Utomo, belum lama ini.
Pakaian hitam yang dikenakannya, kontras dengan suasana hijau taman panti.
Tangan kiri Hartono melingkar sebuah jam pintar, simbol kecil dari kehidupan baru yang kini dijalaninya.
Tempat itu bukan sekadar bangunan bagi Hartono, di sanalah ia menutup bab kelam masa lalu dan memulai lembaran baru sebagai pribadi yang berdaya.
Enam tahun silam, Hartono hidup di jalanan dan ia menggantungkan hidup dari rongsokan di sekitar Jembatan Berok, kawasan Kota Lama Semarang.
Hingga suatu hari, operasi sosial menjemputnya dan ia dibawa ke PPS PGOT Mardi Utomo milik Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah.
Dari sinilah perjalanan panjang menuju perubahan itu dimulai.
“Dulu saya sudah tidak punya semangat hidup. Pernah menikah tapi kandas, lalu memilih menggelandang. Di sini saya diberi pelatihan dan dibina dengan pendekatan manusiawi. Dari situ saya belajar untuk bangkit,” kata Hartono.
Kini kehidupannya jauh berbeda, Hartono bukan lagi gelandangan yang hidup dari hari ke hari, melainkan sosok pekerja yang mampu menabung dan menatap masa depan dengan optimistis.
Kisah serupa datang dari Supani, salah satu warga binaan PPS PGOT Mardi Utomo yang masih menjalani pembinaan.
Ia mengikuti berbagai pelatihan seperti tata boga, menjahit, membuat keset hingga berwirausaha.
“Harapan saya bisa buka usaha kecil-kecilan setelah keluar nanti, dan yang paling penting anak saya bisa sekolah tinggi, agar sukses dan tak seperti saya,” ucap Supani lirih.
Dari tangan-tangan terampil yang dilatih di panti itu, lahirlah kisah-kisah harapan baru.
Panti Mardi Utomo bukan hanya tempat singgah, tetapi jembatan menuju kehidupan yang lebih bermakna, tempat di mana mereka yang pernah tersesat di jalanan menemukan kembali arah dan arti hidupnya. (Bud)








