Anggota SAR gabungan berada di lokasi bencana tanah longsor mencari korban.

Semarang, Idola 92,6 FM-BNPB menegaskan pentingnya percepatan penyusunan peta risiko bencana di tingkat daerah, sebagai upaya memperkuat pencegahan dan kesiapsiagaan menghadapi potensi bencana hidrometeorologi.

Deputi Bidang Sistem dan Strategi BNPB Raditya Jati mengatakan era menunggu bencana sebelum melakukan respon harus dihentikan, dan digantikan dengan upaya preventif yang sistematis. Hal itu dikatakan usai mengikuti rapat koordinasi kebencanaan di kantor gubernur, kemarin.

Menurutnya, salah satu urgensi sekarang adalah bagaimana setiap daerah memiliki peta risiko bencana.

Peta risiko tersebut harus dilengkapi informasi pencegahan, mitigasi, hingga tata cara penanganan darurat.

Raditya menjelaskan, BNPB juga mendorong setiap pemerintah daerah untuk meng-overlay peta risiko dengan proyeksi cuaca dari BMKG.

Dengan demikian, potensi ancaman seperti curah hujan tinggi, banjir maupun tanah longsor dapat terlihat secara jelas dan dapat direspons sejak dini dari BPBD maupun pusdalops.

“Dalam penguatan kesiapsiagaan di tingkat masyarakat, peran Babinsa dan Bhabinkamtibmas sebagai ujung tombak edukasi bersama BPBD dan warga dalam membangun desa tangguh bencana. Poskamling perlu diaktifkan sebagai sarana edukasi, gladi evakuasi, hingga simulasi koordinasi saat ancaman bencana datang,” kata Raditya.

Lebih lanjut Raditya menjelaskan, kabupaten/kota Diminta memasukkan Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) dalam dokumen perencanaan lima tahunan.

RPB penting untuk memastikan anggaran penanggulangan bencana tersiapkan, dan program mitigasi berjalan mulai dari edukasi, literasi kebencanaan hingga normalisasi sungai, pengurangan sedimentasi dan penguatan tanggul. (Bud)

Artikel sebelumnyaPencarian Korban Longsor Masih Terkendala Tanah Labil
Artikel selanjutnyaBagaimana Memperkuat Sistem Peringatan Dini Kebencanaan di Wilayah Rawan Bencana?