Yuni Efnita (40), warga Nagari Salareh Aia, Kecamatan Palembayan, Agam, Sumatra Barat.

Agam, Idola 92.6 FM-Yuni Efnita (40), warga Nagari Salareh Aia, Kecamatan Palembayan, Agam, Sumatra Barat, masih merasa bersalah terhadap 15 karyawannya karena bencana banjir dan longsor menghancurkan tempat usahanya. Meski dia sendiri juga korban banjir, dia tak tega pegawai yang menggantungkan hidup pada usaha pinang dan kedai makanannya harus kehilangan penghasilan.

“Ya, permintaannya itu cepat (perbaiki) rumah. Biar bisa kami berusaha lagi,” kata Yuni ditemui di lokasi pengungsian, Nagari Salareh Aia, Agam, Kamis (4/12).

Sejak kejadian banjir pada Kamis (27/11) sore, Yuni sudah tinggal di pos pengungsian tak jauh dari rumahnya. Dia tinggal bersama puluhan warga lain di ruang kelas sebuah sekolah dasar, termasuk dengan beberapa pegawainya.

Tak hanya tempat tinggal, seluruh sumber penghidupan keluarga Yuni pun musnah. Yuni memiliki usaha membeli dan mengolah pinang. Dia juga punya kedai di ruko yang bagian atasnya menjadi rumah. Sementara itu, suaminya bekerja membuka bengkel las.

“Mesin-mesin suami habis semua, tak ada satu pun terselamatkan. Usaha saya juga. Banyak orang bergantung sama saya, ada 15 orang bekerja dengan saya. Sekarang mereka pun kehilangan mata pencaharian,” ucap Yuni, dalam siaran pers Badan Komunikasi Pemerintah.

Ia mengaku sedih membayangkan nasib para pekerja yang selama puluhan tahun menggantungkan hidup pada usahanya. “Saya susah begini, tapi saya pikir juga orang-orang itu nanti makan apa, kerja di mana,” ujarnya.

Yuni mengaku senang karena bantuan tanggap bencana dari pemerintah cepat datang. Pengiriman sembako dari berbagai pihak pun lancar. Bahkan, bantuan sudah datang sehari setelah kejadian.

“Bantuan seperti beras, pakaian, semua ada. Makan tinggal ambil,” kata dia.

Kini, harapan terbesar Yuni hanya satu, tanah dan rumah untuk memulai kembali kehidupan.

Rumah habis, usaha lenyap, tapi anak-anak selamat

Yuni masih ingat suara dentuman keras dari arah perbukitan menjadi tanda awal sebelum bencana besar itu datang. Dia tak pernah menyangka suara itu merupakan pertanda longsor besar yang akan menghancurkan rumah, usaha, dan kehidupan keluarganya.

“Seperti hutan itu berjalan dari atas ke bawah, setinggi tiang listrik. Belum sempat lari ke bukit, arus lumpur sudah datang duluan. Banyak korban karena semuanya tak sempat menyelamatkan diri,” ujar Yuni mengingat hari kejadian bencana.

Di rumah, Yuni tinggal bersama suami dan tiga anaknya. Sejumlah anak tetangga juga biasa bermain di rumahnya. Saat longsor menerjang, keluarga Yuni terseret arus. Anak kedua dan ketiganya berhasil mencapai puncak bukit setelah diselamatkan warga. Namun, anak pertamanya sempat ikut terseret lumpur bersama dia.

“Anak saya yang pertama terseret juga. Arusnya cuma sebentar, tapi kuat sekali. Saya heran kepala saya tidak terendam, hanya badan saya ke bawah saja,” kata dia.

Yuni mengaku membutuhkan hampir dua jam untuk keluar dari tumpukan lumpur dan mencapai bukit. Dia merasa seluruh badannya sakit semua. “Kaki saya sakit semua, ketusuk-ketusuk entah apa. Saya lihat banyak material, batu, kayu, semuanya bercampur.”

Di tengah kekacauan itu, Yuni dan suaminya juga sempat menolong seorang tetangga yang terimpit reruntuhan tembok rumah. “Dia tertimbun. Saya bersihkan dulu mukanya. Suami bantu tarik keluar. Alhamdulillah selamat.”

Yuni berharap pemerintah mencarikan warga korban bencana tempat tinggal baru. Dia ingin bisa membangun usaha lagi dan memulihkan ekonomi keluarga serta para pekerjanya.

“Terima kasih banyak sudah datang dan membantu. Mudah-mudahan semuanya dipercepat,” ujarnya.

Di tengah sisa lumpur dan puing-puing yang pernah menjadi rumahnya, Yuni tetap bersyukur anak-anaknya selamat. “Rumah habis, usaha hilang. Tapi anak-anak selamat, itu yang paling penting,” katanya.

Banjir bandang atau galodo yang berasal dari Sungai Alahan Anggang (Nanggang) menghujam permukiman di Palembayan pada Kamis (27/11) sekitar pukul 17.00 WIB. Dua nagari terparah disapu galodo yaitu Salareh Aia dan Salareh Aia Timur.

Posko Basarnas di Palembayan mencatat jumlah korban dalam pencarian sebanyak 60 orang hingga Selasa (2/12). Di Kabupaten Agam, jumlah korban jiwa pada banjir bandang dan longsor mencapai 139 orang dan korban hilang 86 orang.

Adapun di Sumbar, hingga Selasa (2/12) pukul 21.00 WIB, jumlah korban mencapai 194 korban jiwa dan 116 korban hilang. Lebih dari separuh korban jiwa dan hilang berasal dari bencana di Agam. (her/dav)

Artikel sebelumnyaMakan-Minum Aman Tersedia, Warga Agam Kini Harap Dibikinkan Rumah Sementara
Artikel selanjutnyaAntar Sampai Tangan Warga, Panitia Natal Nasional Terus Bergerak di Sumatera Barat
Radio Idola Semarang
Radio Idola Semarang menghayati semangat Positive Journalism. Radio Idola Semarang, Memandu Dan Membantu.