Kegembiran Jasimun (63) tak bisa dibendung. Penarik becak yang sudah 35 tahun mengayuh demi sesuap nasi itu menjadi salah satu penerima bantuan becak listrik dari Presiden RI Prabowo Subianto secara pribadi melalui Yayasan Gerakan Solidaritas Nasional (GSN). (Foto Dok. Badan Komunikasi Pemerintah)

Banjarnegara, Idola 92.6 FM-Kegembiran Jasimun (63) tak bisa dibendung. Penarik becak yang sudah 35 tahun mengayuh demi sesuap nasi itu menjadi salah satu penerima bantuan becak listrik dari Presiden RI Prabowo Subianto secara pribadi melalui Yayasan Gerakan Solidaritas Nasional (GSN).

“Dengan adanya becak ini, tentunya membantu lutut saya agar tidak lelah mengayuh. Jadi tidak seperti kemarin yang hanya bisa narik becak setengah hari,” katanya saat pembagian becak listrik di Pendopo Dipayudha Adigraha, Banjarnegara, Jawa Tengah, belum lama ini.

Jasimun berharap, bekerja menggunakan becak listrik bisa lebih menghemat tenaga dan waktu sehingga ia dapat menarik penumpang lebih banyak dan membawa pulang pendapatan yang lebih besar.

“Mudah-mudahan dengan bantuan ini bisa cepat mendapatkan hasil yang lebih banyak,” harap Jasimun. Ia pun menyampaikan terima kasih kepada Presiden Prabowo atas bantuan peranti barunya itu.

“Pak Prabowo benar-benar berhati emas, bisa membantu orang kecil seperti saya ini,” kata Jasimun, dalam siaran pers Badan Komunikasi Pemerintah.

Baginya, Presiden Prabowo telah memberikan lebih dari sekadar becak, melainkan kesempatan untuk tetap mencari nafkah secara bermartabat di usia rentanya.

“Semoga Pak Prabowo bisa menjadi presiden yang selalu baik hati sampai selamanya, adil untuk rakyat kecil, dan semuanya. Mudah-mudahan diberikan kesehatan, menjaga negara RI sampai akhir,” ujarnya.

“Pak Prabowo, saya atas nama Jasimun, terima kasih sekali telah memberikan becak listrik. Ini sangat membantu orang kecil seperti saya. Terima kasih,” tambahnya.

Jasimun mengisahkan, dengan becak pancal sebelumnya, pendapatannya hanya sekitar Rp25–30 ribu per hari. Jumlah itu ia gunakan untuk memenuhi kebutuhan istri dan ketiga anaknya.

Namun seiring usianya yang semakin senja, tenaganya kian menurun. Lututnya kerap nyeri hebat ketika harus mengayuh hingga tiga kilometer.

“Kendalanya sudah kelelahan. Saat narik 3 kilo, lutut bisa sakit karena terus mengayuh. Usia saya juga sudah tua,” tuturnya.

Dari becak itulah Jasimun menghidupi istri dan ketiga anaknya: yang sulung duduk di bangku SMP, yang bungsu masih SD, dan satu lagi penyandang disabilitas. Setiap rupiah baginya adalah perjuangan.

Meski keluarganya menerima bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) setiap tiga bulan, beban hidup tetap berat. Namun ia tetap bersyukur. PKH adalah bantuan sosial bersyarat bagi keluarga miskin yang ditetapkan sebagai penerima manfaat.

“Kalau di rumah dapat PKH, tiga bulan sekali. Itu membantu saya dan keluarga. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada aparat desa yang memperhatikan,” katanya.

Sejak 1990 ia mengayuh becak. Waktu terus berlalu, tetapi penghasilan justru turun drastis. “Narik becak dari tahun 1990 sampai sekarang. Kalau dulu pendapatan Rp75 ribu–Rp100 ribu bisa dapat, sekarang paling Rp25 ribu,” ujarnya, menggambarkan betapa sulitnya bertahan hidup. (her/dav)

Artikel sebelumnyaPekerja Tunanetra Bersyukur Dapat Kacamata Pintar dari Prabowo: Alat Canggih!
Artikel selanjutnyaDulu Sering Pulang Tak Bawa Uang, Becak Listrik dari Prabowo Jadi Angin Segar bagi Penarik Becak Lansia
Radio Idola Semarang
Radio Idola Semarang menghayati semangat Positive Journalism. Radio Idola Semarang, Memandu Dan Membantu.