Mengoptimalkan Penguatan Pendidikan Karakter Pada Siswa

Semarang, Idola 92.6 FM – Program Penguatan Pendidikan Karakter yang dilakukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan hendaknya bisa menyasar lebih dalam. Program ini diharapkan jangan hanya sekadar menjadi penerapan ritual keagamaan atau nasionalisme. Penguatan Pendidikan Karakter juga perlu melibatkan berbagai aspek, mulai dari manajemen sekolah, kreativitas, penghargaan terhadap budaya lokal, dan tenggang rasa.

Merujuk pada harian Kompas (28/9), Staf Ahli Mendikbud Bidang Pembangunan Karakter Arie Budhiman di sela-sela acara Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Pendidikan Program Penguatan Pendidikan Karakter menyatakan, prinsip yang diambil adalah olah rasa, olah pikir, dan olah raga. Ketiga prinsip itu, berdasarkan pada falsafah pendidikan Ki Hadjar Dewantara. Selama ini pendidikan dinilai terlalu berat pada olah pikir yaitu membaca, menulis, serta berhitung. Aspek etika (olah hati), estetika (olah rasa), dan kebugaran serta sportivitas jarang disentuh. Padahal, hal-hal itu krusial dalam membentuk pribadi yang baik. Arie menjelaskan, falsafah itu diracik menjadi lima komponen pendidikan karakter yakni nasionalisme, gotong royong, integritas, kemandirian, dan religiusitas. Tiap komponen memiliki definisi turunan yang terukur.

Sementara itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy menyatakan, program ini bukan proyek pemerintah. Artinya, tak ada dana yang dikucurkan ke sekolah yang menjadi tempat uji coba program. Sebanyak 42 sekolah yang mengikuti uji coba dipilih berdasarkan porto folio sarana dan prasarana yang dimiliki. Terkait dengan hal ini, pengamat pendidikan Darmaningtyas mengingatkan pemerintah sungguh-sungguh meningkatkan kapasitas guru dan tenaga kependidikan. Mayoritas guru dinilainya masih berpikir dengan cara yang amat teknis. Penguatan Pendidikan Karakter berisiko tetap diterapkan sebagai ritual, belum menukik kepada konten falsafahnya. Pendidikan karakter meliputi kesadaran guru untuk membiasakan siswa berpikir kritis, tenggang rasa, jujur, dan bertanggung jawab.

Lalu, pentingnya penguatan pendidikan karakter bagi siswa, pengajaran seperti apa yang mesti dilakukan pemerintah untuk menginternalisasikan hal itu kepada siswa? Bagaimana mengoptimalkan program Penguatan Pendidikan Karakter yang dilakukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan agar tidak terjebak hanya menjadi sekadar sebagai ritual keagamaan atau nasionalisme? Sudahkah kapasitas guru dan tenaga kependidikan mendukung hal itu?

Guna memeroleh jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu, Radio Idola 92.6 FM berbincang dengan beberapa narasumber, yakni: Arie Budiman, Staf Ahli Mendikbud Bidang Pembangunan Karakter dan Mohammad Abduhzen, Advisor Institute for Education Reform Universitas Paramadina Jakarta dan Ketua Litbang PB PGRI. (Heri CS)

Berikut Perbincangaannya: