Menikmati Alam Dan Nyeruput Java Moca Di Dusun Sirap Gunung Kelir

Semarang, Idola 92.6 FM – Kelir adalah sebuah nama Gunung, di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Di lereng Gunung inilah, puluhan hektar tanaman kopi dibudidayakan oleh petani desa. Tak hanya itu, anak-anak petani kopi di Dusun Sirap, Desa Kelurahan, Kecamatan Jambu pun akhirnya mendirikan warung kopi bernama Warung Ndeso Doesoen Kopi Sirap.

Tak begitu sulit menemukan letak warung ndeso Doesoen Kopi Sirap. Meski terletak sekitar 2 kilometer dari jalur utama Ambarawa-Magelang, tapi pengunjung akan dengan mudah menemukannya. Walau jalan berkelok dan menanjak.

“Namanya warung kopi, menu utama yang kami sajikan adalah kopi, ada kopi Luwak, kopi A rabika Gunung Kelir, kopi Robusta Gunung Kelir, dan masih banyak lagi minuman kopi lainnya,”kata Imam salah satu pengelola warung saat menemani Radio Idola 92.6 FM berkunjung pada Jumat (13/10) lalu.

Imam menuturkan, selain menu utama kopi, warungnya juga menyajikan makanan khas desa. ”Ada nasi jagung goreng, gedhang godog, telo godog, kacang godok, dan gemblong bakar,” terang Imam yang merupakan warga asli Dusun Sirap.

Sejak berdiri pada Februari 2017 lalu, jumlah pengunjung ke warung kopi dari hari ke hari terus meningkat. Terutama saat akhir pekan.”Kalau hari biasa jumlah pengunjung hanya sekitar 20 orang, tapi kalau hari Minggu hampir 60 pembeli yang menikmati kopi Kelir,” tutur Imam.

Ikon Khas Kopi Varian Java Moca

Kafe ini dimodali dari tabungan petani kopi dengan rintisan modal awal Rp 5 juta. Kedai itu kini mempunyai 3 barista kampung yang semuanya anak petani kopi setempat. Setiap hari terjual 25 hingga 30 cangkir kopi. Bahkan, saat akhir pekan bisa sampai 60 cangkir. Kopi yang ditawarkan sebagian besar hasil produksi petani setempat, yakni jenis robusta dan arabika.

Gunung Kelir yang berada sekitar 60 kilometer barat daya pusat Kota Semarang merupakan kawasan pegunungan dengan ikon tanaman kopi varian java moca. Kopi ini beraroma moca, terpengaruh tanaman cokelat yang dulu tumbuh subur di perkebunan milik Belanda dan kini dikelola PTPN IX.

Di Dusun Sirap terdapat 1.600 pohon kopi milik sekitar 100 petani. Potensi kebun kopi di kawasan Gunung Kelir lebih dari 500 hektare. Jika panen raya dan memuaskan, hasil kopi bisa mencapai 60 ton. Hampir 60 persen petani mengirim kopi belum terseleksi (all grade) untuk keperluan ekspor, sisanya lokal Indonesia.

Meski letaknya berada di ketinggian dari jalan raya Semarang-Jogja, namun hal itu tak menyurutkan pengunjung. Menurut Imam, pengunjung atau pembeli tidak hanya dari daerah Kabupaten Semarang, dan sekitar tetapi juga dari manca negara. Beberapa di antaranya dari Kanada, Pakistan, Malaysia, dan China.

Melalui program pembinaan Dinas Pertanian dan Perkebunan (Dintanbun) Provinsi Jawa Tengah, kualitas kopi Sirap Gunung Kelir terus meningkat. Tak hanya kualitas, tapi jumlah produksi juga diharapkan terus bisa meningkat. Menurut Muji Slamet, PPOT Muda Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Dintanbun Provinsi Jawa Tengah, pihaknya mendampingi petani kopi di lereng Gunung Kelir sejak tahun 2002 hingga sekarang .

”Kami mendampingi sejak on farm sampai off farm,”jelas Muji. Ia menyampaikan bahwa kopi Sirap memiliki cita rasa alami moca yang khas, yang berada di Dusun Sirap. Di kalangan dunia perkopian dikenal dengan Moca Java.

Saat ini, minum kopi bukan hanya sebagai kebutuhan tapi sudah menjadi gaya hidup. Tak hanya untuk masyarakat pedesaan tapi juga di perkotaan. Mari menikmati kopi, agar petani kopi tetap lestari. (Yessa/Heri)