Pabrik Semen Asing Akan Kuasai Pasar, Jika Pabrik Semen Rembang Gagal Beroperasi

Semarang, 92.6 FM-Konsumsi semen di Tanah Air pada 2017 diperkirakan mencapai 84,96 juta ton, dan naik jika dibanding 2012 yang hanya 54,96 juta ton. Dari total seluruh produksi yang ada, produk semen dari pabrik semen asing masih mendominasi. Yakni sebesar 56 persen. Sementara, 30 juta ton semen stok nasional, 100 persennya milik pabrik semen asing.

Fakta itu diungkapkan guru besar riset Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Prof (Ris) Hermawan Sulistyo, saat menjadi pembicara di diskusi gayeng soal semen, di kampus Universitas Muhammadiyah Semarang, Senin (20/3). Menurut Prof. Kiki, panggilan akrabnya, hingga awal 2015 kemarin, total produksi dari pabrik Semen Indonesia menguasai 44 pangsa pasar semen domestik. Sedangkan pangsa pasar mayoritas, dikuasai dua pabrik semen asing.

Jika pabrik semen di Rembang gagal beroperasi, lanjut Prof. Kiki, maka akan membawa implikasi pada peta bisnis semen di dalam negeri. Sehingga, jika masih ada kelompok masyarakat melakukan penolakan terhadap pabrik semen Rembang, sama saja dengan membiarkan perusahaan semen asing menguasai Indonesia.

“Memang data yang ada, stok semen nasional mencapai 30 juta ton per hari ini. Tapi, 100 persen stok semen itu milik asing. Kalau ada penolakan pabrik semen milik bangsa sendiri, sama saja membiarkan asing menguasai pasar,” kata Prof. Kiki.

Lebih lanjut Prof. Kiki menjelaskan, adanya kelompok masyarakat penolak pabrik semen Rembang karena dis-informasi yang sampai ke masyarakat. Yaitu, soal lingkungan dan gangguan kesehatan. Padahal, untuk pabrik semen di Rembang hanya mengambil bahan baku batu gamping level limestone, yang usianya lebih muda dari karst.

Sedangkan untuk gangguan kesehatan, pabrik semen di Rembang mengadopsi teknologi ramah lingkungan dengan penurunan partikel debu sampai 30-40 miligram lebih rendah dibanding di Tuban Jawa Timur. (Bud)