Tantangan Ilmu Pendidikan Berwawasan Pancasila di Tengah Tranformasi Besar Menuju Masyarakat Komunikasi Lintas Batas

Semarang, Idola 92.6 FM – Dalam konteks kebudayaan kita, nilai-nilai eksklusivisme dan anti-kebinekaan tengah tumbuh subur di lahan yang di dalamnya ruang edukasi didikte untuk sekadar melayani kehendak pasar. Para aktor di dalam dunia pendidikan berbasis pedagogi neo-liberal dibentuk untuk menyepakati bahwa orientasi aktivitas pendidikan hanyalah pertumbuhan ekonomi, mekanisme pasar, dan persaingan hidup berbasis logika ekonomi.

Merujuk pada harian Kompas (13/11), Pengajar Departemen Politik FISIP Universitas Airlangga Airlangga Pribadi Kusuma dalam opininya mengungkapkan, dalam arus besar yang menempatkan pasar sebagai panglima, nilai-nilai utama Pancasila seperti solidaritas kemanusiaan, gotong royong dan keadilan sosial seolah menguap ke udara.

Dalam situasi semacam ini, pendidikan memiliki peran fundamental di dalam kehidupan demokrasi. Tidak ada sebuah masyarakat demokrasi yang dapat bertahan tanpa terbangunnya formasi kebudayaan yang memerdekakan jiwa warganya. Sementara kehadiran universum kebudayaan yang merdeka hanya muncul di dalam proses pendidikan yang mengajarkan pedagogi atau ilmu pengajaran yang kritis.

Lalu, bagaimana menghadapi tantangan ilmu pengajaran berwawasan Pancasila di tengah tranformasi besar menuju masyarakat komunikasi lintas batas? Bagaimana mendorong dunia pendidikan dalam praktik pembinaan Pancasila yang actual dan relevan dengan kekinian?

Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, nanti kita akan berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni: Airlangga Pribadi Kusuma (Pengajar Departemen Politik FISIP Universitas Airlangga & Tenaga Ahli Deputi Pengkajian dan Materi UKP-PIP), dan Devie Rahmawati (Pengamat Sosial dari UI). (Heri CS)

Berikut Perbincangannya: