Tri Mumpuni, Wanita Penerang Desa, Dipuji Presiden Obama

Photo/bio.or.id

Tri Mumpuni Iskandar, dikenal sebagai tokoh yang mengembangkan kemandirian masyarakat di desa terpencil melalui pembangkit listrik tenaga mikro hidro. Tri, pertama kali membangun pada tahun 1997 di Dusun Palanggaran, di kawasan Gunung Halimun, Sukabumi, Jawa Barat.

Untuk bisa mencapai tempat itu, dia harus berjalan kaki sembilan jam atau naik motor yang rodanya diberi rantai sebab jalan setapaknya yg licin. Oleh kawan kawannya, dia di juluki “Si Penerang Desa.”

Tri Mumpuni telah membangun pembangkit listrik di banyak wilayah di indonesia, mulai dari Aceh hingga Kalimantan. Pembangkit mikrohidro yang dibangun, kemudian dikelola bersama masyarakat setempat dengan membentuk koperasi.

Hasil penjualan listrik dikelola koperasi dan digunakan untuk memberdayakan masyarakat melalui kegiatan ekonomi pedesaan. Kunci utama keberhasilan program listrik ini adalah masyarakat.

“Kita harus membuat masyarakat bangga, dengan memberdayakan mereka, bahwa mereka bisa berbuat sesuatu, bukan sekedar menerima. Ini yang selama ini kurang di perhatikan oleh pemerintah,“ kata Tri.

Program mikrohidro yang dikembangkan Tri Mumpuni ternyata bergaung ke mancanegara, diantaranya telah menarik minat pemerintah Jepang. Tri juga telah diminta mengembangkan program ini di sejumlah pulau terpencil di Filipina.

Berbagai penghargaan juga telah di terimanya, diantaranya penghargaan dari majalah GLOBE Asia, dimana dia dinobatkan sebagai salah satu wanita dalam daftar “99 The Most Powerfull Woman in Asia“. Tri juga menerima Ashden Award 2012 di London, Inggris. Bahkan, Presiden AS Barack Obama juga memuji kiprahnya dalam acara “Presidential Summit On Entrepreneurship” di Washington, DC, 27 April 2010.

Tri Mumpuni, lahir di Semarang pada tanggal 6 Agustus 1964. Kedua orang tuanya mengajarkan untuk berbagi dan memberi. Saat kelas 4 SD, dia sudah ikut ibunya keliling ke kampung-kampung mengobati orang yang terkena penyakit koreng.

Dari pengalaman itulah, dia mendapat pelajaran bahwa dari proses hubungan manusia itu, uang bukan segala-galanya. Dan dia mengaku beruntung lahir di sebuah negri bernama Indonesia Saya merasa beruntung Tuhan melahirkan saya di Indonesia, karena saya bisa banyak membantu orang di sekitar saya, kata Tri.

Hidup berpamrih pahala, menjadi bahan bakar semangat bagi Tri mumpuni untuk terus menerangi desa tertinggal di Indonesia. (Doni Asyhar)