Bank Indonesia, Ekonomi Jateng Berangsur Tumbuh

IdolaFM, Semarang – Sejak awal 2015 Indonesia diguncang dengan pelemahan ekonomi. Bahkan, nilai tukar dolar Amerika Serikat terus bergerak naik dan berada di level Rp14.000,-. Kondisi ini, semakin memperburuk kondisi perekonomian di dalam negeri. Masyarakat, terutama yang bergerak di sektor usaha mulai ada yang terkena imbasnya. Bahkan, tidak jarang ada yang tutup usahanya akibat masih mengandalkan bahan baku dari luar negeri yang memakai kurs dolar Amerika Serikat.

Kepala Kantor Bank Indonesia Perwakilan Wilayah V Jateng-DIY Iskandar Simorangkir menyatakan, tiga bulan menjelang tutup tahun atau tepatnya di triwulan keempat, ekonomi dalam negeri khususnya di Jawa Tengah berangsur tumbuh. “Ekonomi provinsi ini mulai bergeliat,” kata Iskandar kepada Idola FM, dalam diskusi Semarang Trending Topics (Membangun Jawa Tengah) bertema “Rupiah Melemah, Benarkah Perekonomian Goyah” di Patra Jasa Convention Hotel, Rabu (23/9) lalu. Dalam diskusi ini, hadir pula narasumber Eddy Raharto (Ketua DPD Gabungan Pengusaha Ekspor Indonesia Jateng) dan Angelina Ika Rahutami (Ekonom Unika Soegijapranata).

Menurutnya, daya beli masyarakat mulai membaik seiring dengan konsumsi beberapa barang konsumsi terus meningkat. Hal itu terbukti dari hasil riil survey lapangan pedagang eceran yang juga mengalami peningkatan. Sebab, apa yang dibeli masyarakat secara langsung ditangkap dan terdata. “Kami sangat optimistis jika ekonomi Jawa Tengah tumbuh positif bukan makin menurun.”

Sementara itu, Ketua Gabungan Pengusaha Ekspor Indonesia Jawa Tengah Eddy Raharto menambahkan, banyak yang menuduh jika nilai tukar dolar Amerika Serikat kuat maka pengusaha ekspor diuntungkan. Padahal, hal itu tidak sepenuhnya benar. “Jika pasar ekspor sedang sepi maka tetap saja pengusaha tidak terlalu diuntungkan,” kata Eddy.

Eddy menjelaskan, oleh karena itu kalau ekonomi Jawa Tengah mulai tumbuh positif diharapkan bisa segera stabil perekonomian secara global. Sebab, jika hanya sebagian saja yang tumbuh positif, maka pengusaha ekspor hanya bisa memaksimalkan jumlah produksi yang ada. “Sehingga, kami meminta BI agar bisa menjaga kestabilan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.”

Ia berharap, campur tangan pemerintahan Presiden Joko Widodo dengan paket kebijakan ekonominya bisa segera menstabilkan perekonomian dalam negeri. Sehingga, semua pelaku usaha di Tanah Air terus bergerak ke arah positif.

Sementara itu, ekonom dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unika Soegijapranata, Angelina Ika Rahutami, mengatakan, sudah menjadi kewajiban pemerintah membangun optimisme publik terkait perekonomian. “Namun, optimisme itu tetap harus realistis,” tandasnya. (Budi Aris/ Heri CS)