Lima Kecamatan Masuk Kategori Rawan Kekeringan

Ilustrasi Kekeringan (photo: kapanlagi.com)

IdolaFM, Semarang – Memasuki Musim Kemarau ribuan lahan pertanian di Kota Semarang rawan kekeringan. Kondisi tersebut dikhawatirkan mengancam produktivitas padi dan pangan lokal. Berdasarkan data Dinas Pertanian Kota Semarang, sedikitnya 5 Kecamatan di Kota Semarang masuk kategori rawan kekeringan, yakni Kecamatan Mijen, Gunungpati, Ngaliyan, Banyumanik dan Tembalang.

Camat Mijen Ali Muchtar mengatakan, ada beberapa kelurahan di Kecamatan Mijen yang sebagian besar lahan pertanian atau sawahnya merupakan sawah tadah hujan. Yakni, di kelurahan Purwosari, Jatibarang, Wonolopo, dan sebagian di wilayah kelurahan Wonoplumbon.

“Karena pada musim kemarau petani tidak bercocok tanam, khususnya jenis padi maka sebagai gantinya petani menanam jenis palawija yang tidak membutuhkan banyak air,” kata Ali kepada Idola FM, akhir pekan lalu.

Menurut Ali, sawah yang terdampak dan tidak bisa difungsikan pada musim kemarau di wilayahnya mencapai kurang lebih 30 hingga 40 persen. Pada wilayah yang lahan pertaniannya benar-benar kering itu, menjadi lahan tidak produktif karena hanya menunggu musim penghujan datang.

Mengantisipasi datangnya musim kemarau yang berdampak pada lahan pertanian di Kota Semarang, Kepala Dinas Pertanian WP Rusdiana menyatakan, Pemkot Semarang terus berupaya agar lahan pertanian tadah hujan yang tidak produktif saat musim kemarau, nantinya tetap dapat ditanami para petani.

“Untuk itu, kami akan menyiapkan beberapa bantuan, antara lain penyediaan pompa air, sistem irigasi tetes, dan jaringan irigasi baru di daerah rawan kekeringan.”

Rusdiana menambahkan, selain memberikan bantuan pompa air dan jaringan irigasi baru, pihaknya juga menganjurkan petani untuk menanam varietas benih yang pendek masa tanamnya, tahan terhadap kekeringan dan hama, sehingga produktivitas panen tinggi.

Masa musim kemarau selalu berulang tiap tahunnya. Untuk itu, Pemkot perlu memikirkan penanganan jangka pendek serta jangka panjang terhadap lahan pertanian rawan kekeringan di Kota Semarang. Sehingga, tidak mempengaruhi produktivitas pertanian dan ketersediaan pangan local ketika memasuki musim kemarau. (ArifNugroho/HeriCS)