Bagaimana Membangun Keadilan Di Tengah Kerumitan

Semarang, Idola 92.6 – Kondisi ekonomi global dan domestik memang tidak menguntungkan selama tahun 2016. Kondisi global bukannya membaik, melainkan malah memunculkan sejumlah kecemasan baru. Pertumbuhan di dalam negeri masih stagnan sehingga sejumlah masalah, seperti kemiskinan dan pengangguran belum bisa terealisasikan. Namun, setidaknya ada perkembangan menarik yaitu makin ada harapan terpenuhinya rasa keadilan terhadap akses ekonomi di sejumlah daerah.

Merujuk pada Laporan Akhir Tahun Kompas (21/12), pelemahan ekonomi di sejumlah negara masih menjadi masalah pada tahun ini hingga tahun depan. Terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat memunculkan kecemasan baru bagi ekonomi dunia. Untuk Indonesia, dampak yang bisa langsung dirasakan adalah mulai dari nilai tukar hingga kemungkinan ekspor yang akan terganggu. Ekonomi di dalam negeri tentu terpengaruh dengan pelemahan global, seperti ekspor yang belum membaik secara signifikan dan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang fluktuatif.

Pertumbuhan ekonomi juga belum naik secara signifikan karena konsumsi masyarakat juga stagnan. Meski demikian di tengah kabar muram itu ada kabar baik di dalam negeri. Sejumlah akses ekonomi makin dirasakan merata di seluruh Indonesia, dari mulai akses financial, akses telekomunikasi hingga akses transportasi. Akses itu memang belum sempurna tetapi perkembangannya semakin membaik.

Lantas, upaya apa yang mesti terus dilakukan pemerintah untuk membangun keadilan di tengah kerumitan? Sudahkah selama satu tahun selama 2016, ekonomi Indonesia mampu menjawab kebutuhan masyarakat? Lalu, apa pula tantangan dan program prioritas pemerintah ke depan di bidang ekonomi?

Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan itu Radio Idola 92.6 FM berdiskusi bersama beberapa narasumber yakni Wijayanto Samirin (Staf Khusus Ekonomi Wakil Presiden) dan Awan Santoso (Staf ahli Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan UGM dan Direktur Mubyarto Institute). (Heri CS)

Berikut Perbincangannya: