DKP Kembangkan Artemia Untuk Sejahtrerakan Petambak Garam

Semarang, Idola 92.6 FM – Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa Tengah Muhammad Lalu Syafriadi mengatakan, tengah berupaya menyosialisasikan pengembangan zooplankton bernama artemia kepada petambak garam di provinsi tersebut untuk menjadi penghasilan tambahan.

Pihaknya mengajak, para petani garam yang khususnya tersebar di wilayah Kabupaten Pati dan Rembang untuk mengembangkan artemia jenis klustase sebagai pakan alami dari biota-biota di tambak garam.

“Bulan kemarin kita bangun kebersamaan dengan teman petambak garam untuk mengembangkan artemia. Biomas yang dikembangkan itu sedang ditunggu pembenih lele sehingga akan menjadi keuntungan lebih selain hanya menghasilkan garam,” tutur Lalu Syafriadi di Semarang, Rabu (7/9).

Dengan membudidayakan artemia di tambak garam, lanjut Syafriadi, maka akan dihasilkaan biomassa.

“Biomassa itu berguna untuk menjernihkan air tambak garam dan kabar baiknya, artemia ini sedang ditunggu pelaku pembibitan lele untuk pakan anakan ikan. Artemia bisa dijual Rp 60 – 70 ribu per kg,” ucapnya.

Dia juga menjelaskan, pada masa sekarang ini sudah memasuki musim yang tepat untuk membudidayakan artemia, sebab hewan mikro itu bertelur tetapi tidak mengeluarkan kista.

Ditambahkannya, Jawa Tengah memiliki lima daerah penghasil garam. Yakni di Kabupaten Brebes, Demak, Jepara, Pati dan Rembang.

Sementara untuk harga jual garam, terang Syafriadi, sebesar Rp 300 ribu per kombong berlaku di pasar Jawa Tengah.

Seperti tambahan, Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa Tengah mulai memperbaiki sarana dan prasarana serta memberikan bantuan peralatan untuk mendukung petani garam di provinsi ini dalam menghasilkan garam berkualitas.

Salah satu yang menjadi fokus pembenahan sarana dan prasarananya adalah kebersihan air, yang menjadi bahan baku untuk membuat garam. (Budi A/Diaz A/Heri CS)