Membaca Wajah Kebangsaan Pemuda Milenials

Semarang, Idola 92.6 FM – Memprediksi dan membaca arah Indonesia masa depan sangatlah menarik. Dari berbagai data dan analisis, dapat kita prediksi bahwa momentum Indonesia dalam jangka panjang akan sangat ditentukan pada tahun 2020. Bukan saja karena pemilu presiden akan dilakukan pada tahun 2019, tapi estimasi data yang dilakukan dari berbagai sumber menunjukkan, bahwa tahun 2020 akan menjadi tonggak berbagai perubahan signifikan bagi bangsa Indonesia.

Merujuk pada opini Mazwahid dalam marketing.co.id, 1 Juni 2017, secara ekonomi, World Economic Forum tahun 2015 memprediksikan Indonesia di tahun 2020 akan menempati peringkat ke-8 ekonomi dunia, dan dengan pengguna internet mencapai 140 juta, Indonesia akan menjadi pasar digital terbesar di Asia Tenggara tahun 2020. Selain itu, Indonesia 2020 juga bisa kita lihat dari berbagai fenomena yang bibitnya sudah bisa kita lihat saat ini. Paling tidak ada tiga fenomena bisa menjelaskan kondisi Indonesia di tahun 2020, yaitu komposisi urban-rural, penduduk kelas menengah, dan komposisi penduduk muda.

Wajah Indonesia tahun 2020 akan sangat ditentukan pertemuan tiga entitas yakni kombinasi antara masyarakat urban, kelas menengah, dan Millennials. Merekalah yang akan menjadi ‘pelaku utama’ sejarah Indonesia di masa mendatang. Kita bisa menyebut mereka sebagai “the urban middle-class millennials”.

Hanya sayangnya, sejauh ini masyarakat menilai peran pemuda dalam persoalan kebangsaan masih jauh dari harapan. Apalagi, mengutip hasil Jajak Pendapat di Kompas (30/10/2017), ada persoalan besar yang dihadapi pemuda saat ini, yaitu penyalahgunaan narkoba dan keterbatasan lapangan pekerjaan. Padahal, keberhasilan dalam menjaga generasi muda bangsa agar tetap sehat dan kreatif merupakan investasi besar agar panggilan sejarah, “pemuda sebagai agen perubahan bangsa” tidak pudar.

Lantas, benarkah dalam persoalan kebangsaan, peran para Pemuda Milenial masih jauh dari harapan? Haruskah ekpresi kebangsaan kaum muda di zaman ini, mesti sama persis dengan generasi 89 tahun sebelumnya padahal masing-masing generasi menghadapi setting dan tantangan zaman yang berbeda? Lalu, bagaimanakah cara kita melindungi kaum muda sebagai asset utama bagi kelangsungan masa depan bangsa dari “bujuk rayu” narkoba yang terkutuk? Daya dukung seperti apa yang bisa diberikan warga bangsa kepada mereka?

Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, Radio Idola 92.6 FM berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni: Letjen (Purn) Kiki Syahnakri (Ketua Umum PP TNI AD) dan Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Grace Natalie. (Heri CS)

Berikut Perbincangannya: