Bagaimana Mencari Jalan Menuju Pendidikan yang Fungsional dan Mencerdaskan?

Semarang, Idola 92.6 FM – Apabila kita menyaksikan realitas pendidikan kita pada berbagai level di sejumlah daerah dewasa ini maka mendiskusikannya dalam konteks abad ke-21 atau Revolusi Industri 4.0 rasanya terlalu mengawang-awang. Kita juga berbicara tentang internet of things, big data, kecerdasan buatan, teknologi robotika, cyber university, pendidik yang responsif, inovatif dan adaptif.

Sementara di sisi lain, kita melihat dan tahu bahwa begitu banyak hal fundamental dari pendidikan kita yang memprihatinkan di luar kewajaran dan tentu saja tidak terstandarkan.

Ironi itu disampaikan Mohammad Abduhzen-Advisor Paramadina Institute for Education Reform Universitas Paramadina dalam sebuah opini di harian Kompas (13/08/2018) “Pendidikan yang Fungsional”. Abduhzen mengemukakan, kita menghadapi berbagai persoalan riil pendidikan di tengah seliweran isu keren tentang masa depan. Persoalan pelik itu antara lain: gedung-gedung sekolah atau kampus yang rapuh di lorong sempit dengan fasilitas seadanya, para guru-dosen yang bersahaja tak bersemangat–dengan gaji-honor yang minim, sistem yang belum ajek dan berubah-ubah, serta para pemimpin dan birokrat pengelola pendidikan yang kurang peduli pada kemajuan.

Abduhzen mempertanyakan, apakah informasi tentang kecenderungan masa depan tak penting dan diabaikan saja? Jawabannya, tentu saja tidak. Perkembangan budaya global adalah kenyataan tak terhindarkan dan prediksinya berkemungkinan besar akan terjadi karena ia tak lepas dari hukum kausalitas. Revolusi Industri 1.0 di abad ke-18 misalnya, merupakan kelanjutan dari revoluai ilmu pengetahuan yang terjadi pada abad ke-17. Sementara revolusi ilmu pengetahuan itu sendiri di Eropa adalah perkembangan dari masa sebelumnya yaitu renaisans dan aufklarung.

Lantas, adakah jalan singkat yang bisa kita terabas untuk menuju kesesuaian pendidikan kita dengan realitas tantangan yang berlaku di era revolusi industry 4.0? Bagaimana pula menuju jalan ke pendidikan yang mampu mencerdaskan dan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills)? Ini yang kita diskusikan.

Nanti kita juga akan berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni: Mohammad Abduhzen (Advisor Paramadina Institute for Education Reform Universitas Paramadina/Ketua Litbang PB PGRI) dan Prof Rhenald Khasali (Pendiri Rumah Perubahan). [Heri CS]

Berikut perbincangannya: