Bagaimana Mestinya Pemerintah Membenahi Transportasi Perairan

Semarang, Idola 92.6 FM – Selasa, 3 Juli 2018, menjadi hari terakhir Operasi SAR nasional terhadap korban tenggelamnya KM Sinar Bangun VI di Danau Toba, Sumatera Utara. Sebagai bentuk terhadap para korban, digelar prosesi tabur bunga oleh keluarga korban.

Selain itu juga dilakukan peletakan batu pertama berisi nama-nama para korban. Batu ini nantinya akan menjadi monumen peringatan yang berdiri di Pelabuhan Tigaras, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Secara nasional kemarin menjadi hari terakhir, namun Sumatera Utara tetap akan melakukan operasi rutin yang dilakukan Pol Air dan Lanal.

Ini sesuai dengan hasil kesepakatan bersama dengan keluarga korban, Pemkab Simalungun dan Samosir, tim SAR gabungan TNI-Polri, tokoh agama dan tokoh masyarakat, serta lainnya. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan diakhirinya pencarian korban dan pengangkatan bangkai kapal: tingkat kesulitan, kedalaman yang mencapai 450 meter, keterbatasan peralatan, dan tingginya biaya.

KM Sinar Bangun VI tenggelam pada Senin (18/6/2018) lalu saat melaju dari Simanindo ke Tigaras. Ada 21 orang yang berhasil dievakuasi, 3 di antaranya tewas. Sedangkan hingga operasi SAR nasional ditutup, ada 164 orang yang dinyatakan hilang.

Namun, di tengah kita masih prihatin atas musibah tenggelamnya kapal KM Sinar Bangun di Danau Toba, kita terhenyak. Pada hari yang sama, sekira pukul 14.30 WITA terjadi lagi kasus serupa. KM Lestari Maju yang mengangkut ratusan penumpang di setelah bertolak dari Pelabuhan Bira, Bulukumba ke Pelabuhan Pamatata Kab Selayar karam karena kerusakan mesin. Diduga KM Lestari Maju mengalami kebocoran mesin di tengah perjalanan menuju Selayar. Nakhoda kemudian berupaya menepikan kapal ke pulau terdekat, namun sebelum sampai sebagian kapal sudah karam. Jumlah orang yang berada di kapal berjumlah 164 orang, sementara yang tercatat 144 orang. Badan SAR Nasional (Basarnas) menyebut, hingga Rabu (4/7) pagi, korban tewas kecelakaan KM Lestari Maju menjadi 30 orang. Sementara 130 orang lainnya selamat.

Kita, jadi bertanya-tanya, apa yang terjadi dengan tata kelola angkutan transportasi laut kita? Benarkah pemerintah lalai mengelola dan mengawasi angkutan transportasi perairan rakyat kita? Ke depan, hal mendesak apa yang mesti diperbaiki agar hal ini tak kembali terulang? Guna menjawab pertanyaan-pertanyaam itu, Radio Idola mewawancara Pengamat Transportasi/Ketua Bidang Advokasi Masyarakat Transportasi Indonesia Darmaningtyas. [Heri CS]

Berikut diskusinya: