Darurat Malanutrisi di Indonesia, Bagaimana Jalan Keluarnya?

Semarang, Idola 92.6 FM – Anak adalah aset atau masa depan suatu bangsa. Artinya, apa yang terjadi terhadap anak di masa kini akan mempengaruhi masa depan bangsa di masa mendatang. Sehat dan kuatnya anak kita, maka kemungkinan besar akan melahirkan generasi penerus yang kuat dan berdaya saing.

Namun, sayangnya, terkait dengan kondisi anak-anak kita saat ini, kita dihadapkan pada problem malanutrisi. Persoalan malanutrisi anak di Indonesia patut menjadi perhatian serius. Laporan terbaru Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) tentang “Kondisi Ketahanan Pangan dan Gizi di Dunia” menyebutkan, Indonesia satu-satunya Negara yang memiliki prevalensi tinggi untuk tiga indicator malanutrisi, yaitu: anak pendek (child stunting), kurus (child wasting), dan kegemukan (child overweight).

Dalam laporan 181 halaman yang dirilis pada 11 September lalu itu disebutkan, 73 negara di dunia memiliki anak stunting dengan prevalensi 20 persen atau lebih. Sebanyak 29 negara memiliki anak yang kelebihan berat badan prevalensi 10 persen atau lebih dan 14 negara memiliki anak kurus dengan prevalensi 10 persen atau lebih. Namun, di antara negara-negara ini hanya Indonesia yang memiliki prevalensi tinggi untuk tiga indicator malanutrisi anak.

Lantas, bagaimana jalan keluar dari kondisi darurat malanutrisi yang terjadi pada sebagian anak-anak kita? Darurat malanutrisi yang sedang kita hadapi, sudahkah pemerintah mengantisipasinya dengan sikap kedaruratan pula? Apa sesungguhnya pokok persoalan dari fenomena ini?

Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, Radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni: Doddy Izwardy (Direktur Gizi Masyarakat Kemenkes RI) dan Ahmad Syafiq Ph.D (Ketua Pusat Kajian Gizi & Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia). [Heri CS]

Berikut diskusinya: