Menakar Plus-Minus Pertemuan IMF-Bank Dunia di Bali, Seberapa Dampaknya Bagi Perekonomian Kita?

Semarang, Idola 92.6 FM – Sekitar 34 ribu orang dari 189 negara di dunia berkumpul di Bali di tengah perekonomian global yang diliputi ketidakpastian. Antusiasme peserta pertemuan dana moneter internasional (IMF)-World Bank (Bank Dunia) pada 8 hingga 14 Oktober 2018 di Nusa Dua Bali meningkat. Hal itu tak hanya terlihat dari jumlah peserta tetapi juga harapan negara peserta pertemuan itu untuk menghasilkan solusi atas ketidakpastian ekonomi global.

Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia 2018 kali ini mengusung tema besar “Voyage to Indonesia”, yang bermakna perjalanan menuju tempat baru atau penemuan baru. Melalui tema tersebut, pertemuan tahunan ini diharapkan dapat menghasilkan pemikiran dan kebijakan baru di tengah kondisi ketidakpastian perekonomian dan keuangan global.

Merujuk Kompas (8/10/2018), Kepala Pusat Studi Kebijakan Ekonomi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta A Tony Prasetiantono menilai, pertemuan ini merupakan kegiatan yang sangat besar pengaruhnya terhadap perekonomian dunia, Indonesia amat beruntung menjadi tuan rumah. Kegiatan ini juga bisa menjadi sarana promosi yang luar biasa bagi Indonesia apalagi bagi Bali yang kini memiliki ikon baru, yakni Garuda Wisnu Kencana. Promosi tersebut bagus untuk memperkenalkan Indonesia ke kancah dunia terutama di sektor pariwisata.

Lantas, menakar Plus-Minus Pertemuan IMF-Bank Dunia di Indonesia, seberapa dampaknya bagi perekonomian bangsa? Bagaimana Indonesia memanfaatkan momentum ini? Cukup kuatkah peran IMF-Bank Dunia bagi Indonesia—atau mereka hanya memanfaatkan dan “menjerumuskan” negara-negara berkembang seperti Indonesia?

Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, Radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni: Arif Budimanta (staf khusus Menteri Keuangan/ Wakil Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional) dan Kwik Kian Gie (Pengamat ekonomi/ mantan Menko Ekuin Era Presiden Gus Dur). [Heri CS]

Berikut diskusinya: