Mengawal Zohri agar Terus Kencang Berlari

Semarang, Idola 92.6 FM – Anak-anak muda Indonesia sedang merebut panggung di pentas olahraga dunia. Pekan ini Indonesia dibuat bangga dengan prestasi Zohri di Kejuaraan Dunia Atletik U-20 di Tampere, Finlandia. Atlet 18 tahun itu meraih emas di nomor 100 meter.

Zohri memang fenomenal. Tak banyak warga kita yang bisa disejajarkan dengannya. Bagi Negara, tentunya memiliki tanggung jawab bangsa untuk mengantarkannya mencapai prestasi lebih tinggi lagi. Pencapaian Zohri yang baru berusia 18 taun itu memang cukup menggembirakan. Namun, kita tak boleh larut dalam euforia. Negara harus mengawal agar perjalanan Zohri bisa lebih panjang—dan tentunya mampu mencapai prestasi yang jauh lebih tinggi lagi.

Kurang dari sebulan lagi, Zohri akan tampil dalam arena Asian Games. Kita tidak berharap Zohri harus mempersembahkan medali. Namun, setidaknya ia bisa mempertahankan catatan waktu yang dicapai di Finlandia lalu yakni 10,18 detik.

Dari semua ini, melihat fenomena Zohri, kita kemudian membicarakan olahraga dalam arti luas. Kita harus berbicara tentang bagaimana menemukan, kemudian, membina dan memolesnya secara berkelanjutan. Sebab, tidak cukup hanya memuji keberhasilan tanpa membenahi program, pola latihan, dan tak kalah penting penerapan sport sciences bagi atlet. Euforia dan puja-puji sah-sah saja namun setelah turun dari podium pengalungan medali, bukankah proses menuju puncak kompetisi itu dimulai dari nol lagi.

Lantas, mengawal Zohri agar terus kencang berlari, bagaimana idealnya pola pemolesan bakat talenta-talenta anak bangsa? Bagaimana membangun sistem pembinaan atlet berbakat dari berbagai daerah? Apa yang sudah optimal dan belum dilakukan pemerintah untuk meningkatkan prestasi olahraga kita di kancah internasional?

Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, Radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni: Prof Djoko Pekik Irianto (pengamat olahraga/pernah menjabat sebagai Deputi IV Bidang olahraga prestasi Kemenpora) dan Budiarto Shambazy (Pengamat olahraga/wartawan senior Kompas). [Heri CS]

Berikut diskusinya: