Menyoroti Kerusuhan di Rutan Cabang Salemba Mako Brimob, Apa yang Terjadi?

Depok, Idola 92.6 FM – Selama 3 hari lalu, Selasa hingga Kamis (8-10/5), seluruh perhatian publik tertuju pada rutan cabang Salemba Mako Brimob Kelapa Dua Depok. Kerusuhan yang diwarnai dengan aksi penyanderaan mengakibatkan 5 prajurit gugur dan 1 tahanan terorisme tewas akhirnya mampu diatasi aparat Polri.

Kritik dan apresiasi terkait tragedi ini dialamatkan ke Polri. Peristiwa ini menjadi perhatian mengingat peristiwa semacam ini tidak kali ini terjadi. Di sisi lain, sejumlah pihak mempertanyakan aspek pengamanan rutan Cabang Salemba di kawasan Mako Brimob tersebut. Seluruh napi teroris yang telah menyerahkan diri berjumlah 145 orang kini dipindahkan ke Lapas Nusakambangan.

Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane mengkritik kelambanan reaksi polisi. Polri tidak dengan cepat mengatasi situasi tersebut sejak Selasa (8/5) sore. Akibatnya, pada pukul 21.00 WIB, napi teroris berhasil menjebol terali tahanan. Neta juga mendesak kepolisian transparan menjelaskan kejadian penyanderaan di Rumah Tahanan Cabang Salemba, Mako Brimob, Depok, Jawa Barat. Neta menilai ketidakpekaan polisi ini diakibatkan oleh seringnya oknum di rutan menerima uang sogokan supaya narapidana bisa membawa ponsel ke balik jeruji besi.

Lantas, menyoroti kerusuhan di rutan Cabang Salemba Mako Brimob yang diwarnai aksi penyanderaan hingga menimbulkan gugurnya para prajurit, kenapa hal ini bisa terjadi di tengah tingkat pengamanan yang konon sangat ketat? Ke depan, upaya perbaikan seperti apa yang mesti dilakukan agar tak kembali menimbulkan gugurnya para prajurit terbaik kita? Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, Radio Idola Semarang mewawancara Pengamat Terorisme/ Direktur Komunikasi dan Informasi Badan Intelijen Negara (BIN) Wawan Hari Purwanto. [Heri CS]

Berikut wawancaranya: