Anemia Mengancam Generasi Emas: Antisipasi Apa yang Dilakukan?

Anemia

Semarang, Idola 92.6 FM – Masalah gizi, khususnya anemia, mengancam kesehatan remaja, terutama remaja putri. Padahal, remaja menjadi penopang ekonomi di masa depan dalam menyongsong Generasi Emas 2045. Artinya, generasi yang lahir saat ini, sejatinya adalah tumpuan masa depan bangsa.

Anemia gizi banyak dialami remaja Indonesia, terutama remaja putri. Tanda-tandanya kerap lesu, lemah, lelah, pusing, mata berkunang-kunang, serta kelopak mata, bibir, lidah, dan telapak tangan pucat. Itu menurunkan konsentrasi belajar dan menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah sakit.

Merujuk harian Kompas (20/11/2019), Dokter spesialis gizi klinik yang juga Kepala Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran UI-Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo-Nurul Ratna Mutu Manikam menjelaskan, ibu dengan anemia berisiko perdarahan, punya anak dengan anemia, dan melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah. Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 menunjukkan, prevalensi anemia pada usia 15-24 tahun 32 persen, naik hampir dua kali lipat dari tahun 2013 sebesar 18,4 persen.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)—angka anemia 10 persen dari populasi tergolong tinggi. Dampak anemia pada remaja mengkhawatirkan seiring tingginya angka perkawinan anak di Indonesia. Makin muda usia perkawinan, risiko anemia besar. Menurut Riskesdes 2018, prevalensi anemia pada ibu hamil usia 15-24 tahun 84, 6 persen. Itu mengancam kesehatan calon ibu dan janin.

Lantas, Anemia Mengancam Generasi Emas: Sejauhmana ancamannya dan bagaimana menanggulanginya? Mendiskusikan problem ini Radio Idola Semarang mewawancara Guru Besar Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Prof Albiner Siagian. (Heri CS)

Berikut diskusinya: