Bagaimana Peran Strategis Sekolah dalam Mengantisipasi Xenofobia?

Semarang, Idola 92.6 FM – Saat ini, Indonesia tampak beberapa ekspresi xenophobia yang merupakan akibat dari taktik politik jangka pendek, reproduksi serta penyebaran berita bohong dan kebencian pada era post-truth atau pasca-kebenaran.

Pernyataan sentimen antiasing bertebaran di media social. Menurut KBBI, xenophobia merupakan perasaan benci (takut, waswas) terhadap orang asing atau sesuatu yang belum dikenal. Dalam Opininya di Kompas (20/05/2019), Anita Lie, Guru Besar FKIP Unika Widya Mandala, Surabaya menyatakan, hidup berdamai dengan manusia lain yang tampak berbeda (budaya, suku, ras, dan agama) membutuhkan keberanian dan pembiasaan keluar dari zona nyaman.

Sekolah mempunyai peran strategis mengatasi fenomena xenophobia untuk membangun identitas kebangsaan dan kesadaran kewargaan. Sekolah bisa menjadi wahana pertemuann anak-anak dari berbagai latar belakang. Di banyak daerah, sekolah-sekolah negeri menjadi sarana pendidikan utama atau bahkan satu-satunya di mana anak penduduk lokal dan pendatang bersama-sama belajar kehidupan.

Lantas, banyaknya gejala xenophobia di masyarakat kita—ini artinya apa? Apa faktor pemicunya? Seberapa peran strategis sekolah dalam upaya mereduksi fenomena xenofobia ini? Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, Radio Idola Semarang mewawancara Guru Besar FKIP Unika Widya Mandala, Surabaya Anita Lie. (Heri CS)

Berikut wawancaranya: