Dapatkah Tujuan Pendidikan Direduksi Hanya sebagai Sarana Menyiapkan Tenaga Kerja?

Ilustrasi

“Intelligence plus character that is the goal of true education”

– Martin Luther King Jr.

Semarang, Idola 92.6 FM – Semua orang pasti setuju jika pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk membantu seseorang mencapai kesuksesannya, meskipun sebenarnya pendidikan bukanlah satu-satunya yang menentukan keberhasilan. Sebab, kepandaian tanpa pembentukan karakter yang baik hanya akan menghasilkan sebuah ijazah, namun tidak menghasilkan generasi yang berbudi luhur.

Makanya, ketika kemarin muncul nama Nadiem Makarim, founder Gojek yang dilantik menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, ada seorang tokoh yang mencuit di twitter: “Pendidikan bukan bertujuan menghasilkan manusia pintar bak robot yang siap bekerja. Namun, menghasilkan manusia sosial yang sebenar-benarnya.”

Kita ketahui, Pemerintahan Presiden Joko Widodo akan memfokuskan kinerja lima tahun ke depan untuk membangun sumber daya manusia (SDM). Sektor pendidikan, penelitian vokasi, serta penghiliran riset yang bisa diterapkan industri menjadi prioritas. Sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim mendapat tugas mencetak SDM yang siap memasuki dunia kerja. Ini artinya, fokus Kemendikbud lebih pada penyiapan tenaga kerja.

Lantas, kita pun bertanya-tanya, dapatkah penyiapan tenaga kerja dijadikan Tujuan Pendidikan? Bukankah tujuan pendidikan adalah membangun manusia sepenuh-penuhnya? Bukankah, membangun karakter dan membangun kompetensi siswa adalah yang utama. Baru setelah remaja, si pelajar perlu memperkuat ketrampilan yang sesuai denga minat dan bakatnya. Lalu, Dapatkah tujuan pendidkkan direduksi hanya sebagai menyiapkan tenaga kerja?

Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, Radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni Doni Koesoema A (Pemerhati Pendidikan Karakter) dan Henny Supolo (Ketua Yayasan Cahaya Guru). (Heri CS)

Berikut diskusinya: