Membaca Pergeseran Tren Belanja Ritel, Bagaimana Mengantisipasi Dampaknya?

Semarang, Idola 92.6 FM – Pertumbuhan penjualan sejumlah perusahaan yang bergerak di sektor ritel melambat. Hal ini diperkirakan terjadi karena masyarakat mengalihkan prioritas belanja dari ritel ke hal lain. Meski demikian, konsumsi masyarakat diyakini masih berpotensi menopang pertumbuhan ekonomi nasional. Berdasarkan data BPS, pertumbuhan ekonomi triwulan 1-2018 sebesar 5,06 persen yang 2,72 persen di antaranya dari konsumsi masyarakat.

Pada triwulan 1-2017, konsumsi masyarakat tumbuh 2,72 persen menopang pertumbuhan ekonomi yang sebesar 5,01 persen. Pengajar ekonomi UI Lana Soelistianingsih memperkirakan, alokasi dana untuk belanja ritel dialihkan untuk mudik, termasuk tiket pesawat. Hal ini, antara lain tercermin dari inflasi di sektor transportasi, komunikasi dan jasa keuangan.

Data BPS menunjukkan, andil inflasi kelompok ini 0,05 persen pada April 2019. Tarif angkutan udara menyumbang 0,03 persen di antaranya. Lana meyakini peralihan konsumsi tidak akan berdampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Lantas, apa ini artinya bagi perekonomian kita? Belanja ritel yang bergeser ini dipengaruhi faktor apa? Akankah ini mempengaruhi kinerja perusahaan yang bergerak di sektor ritel ke depan terutama jelang dan pasca Lebaran? Secara umum, apakah peralihan konsumsi ini akan berdampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi ke depan? Upaya mitigasi apa yang bisa dilakukan pemerintah—sebagai bentuk kehati-hatian dan kewaspadaan? Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan itu nanti kita akan mewawancara Pengajar Ilmu Ekonomi Universitas Indonesia Lana Soelistianingsih. (Heri CS)

Berikut wawancaranya: