Membangun Budaya Kerja Dengan Semangat Indonesia Incorporated

Semarang, Idola 92.6 FM – Indonesia hingga saat ini masih menghadapai problem defisit neraca perdagangan. Hal itu dipicu faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal dipicu Perang Dagang antara China dan Amerika Serikat. Sementara faktor internal ada banyak persoalan antara lain egosektoral. Menurut Kepala Bappenas Bambang Brojonegoro, ekonomi RI sulit tumbuh di atas 5,3 persen karena dipengaruhi 2 faktor yakni regulasi dan institusi. Artinya, masih ada inefisiensi akibat tumpang tindih aturan dan egosektoral antar lembaga.

Nah, di tengah globalisasi ekonomi, dan berbagai persoalan ini–sistem ekonomi nasional dinilai harus terorganisir, dan secara internal dan eksternal harus semakin terintegrasi untuk meraih manfaat yang paling optimal dalam sistem perdagangan yang makin terbuka. Menurut Fauzi Aziz, pemerhati masalah ekonomi dan industry, dalam konteks ini, pentingnya membangun budaya kerja dengan semangat Indonesia Incorporated.

Indonesia Incorporated merupakan budaya kerja yang harus diwujudkan karena untuk membangun ekonomi negeri ini. Peran presiden dan kepala daerah menjadi penting. Indonesia Incorporated harus terpimpin dan harus dipimpin untuk membangun kesatuan ekonomi nasional yang terorganisir dan berdaya saing. Pembangunan ekonomi harus teroganisir dalam satu kesatuan pikir dan satu kesatuan tidak untuk memenangkan persaingan dalam sistem perdagangan bebas yang telah berjalan selama ini. Kebijakan ekonomi dan kebijakan bisnis berada dalam satu alur dan satu arah untuk membangun kekayaan sebuah bangsa, meskipun tjdak mudah mewujudkannya karena visi dan misi serta boleh jadi kepentingannya memang berbeda.

Lalu, apa esensi Indonesia Incorporated? Berapa jarak kita menuju Indonesia Incorporated? Di tengah budaya silo, dan ego sektoral yang mendominasi, dari mana kita dapat memulainya?

Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, Radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni: Fauzi Azis (pemerhati masalah Ekonomi dan Industri) dan Rhenald Kasali (Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia). (Heri CS)

Berikut diskusinya: