Meneropong Ancaman Aktif Beberapa Sesar di Jawa, Bagaimana Mengantisipasinya?

Sesar Lembang

Semarang, Idola 92.6 – Aktifnya sesar aktif di Pulau Jawa dinilai bisa memicu bencana katastropik mengingat padatnya penduduk berpotensi terdampak. Kajian sesar Lembang di Jawa Barat sudah terinci sehingga bisa jadi dasar perubahan tata ruang, tetapi patahan aktif di kota lain, termasuk Jakarta, butuh riset lebih lanjut. Katastropik merupakan penyakit yang memerlukan biaya tinggi, komplikasi dan membahayakan jiwa.

Merujuk Kompas (08/01/2019), ahli geodesi dan gempa bumi dari Institut Teknologi Bandung Irwan Meilano mengungkapkan, kajian terbaru gempa di Jawa di jurnal internasional bermutu dan melalui review ketat tak bisa diabaikan. Secara saintifik, terutama kajian sesar Lembang, harus menjawab keraguan aktif tidaknya sesar di area ini diikuti mitigasi.

Sebelumnya, kajian ilmiah aktifnya sesar di kota-kota besar di Jawa termasuk di Jakarta dipublikasikan Endra Gunawan dan Sri Widiyantoro di Journal of Geodynamics. Kajian Sesar Lembang dipublikasikan Mudrik R Daryono bersama Danny H Natadwidjaja, Benjamin Sapiie, dan Phil Cummins di Jurnal Tectonophysics. Menurut Irwan, publikasi Mudrik tentang sesar Lembang yang jadi bagian disertasinya punya informasi rinci. Jalur patahannya dipetakan amat baik dan kekuatan maksimal gempanya diketahui.

Lantas, terkait aktifnya sesar di Pulau Jawa yang berada di dekat kota-kota besar seperti Jakarta. Bagaimana kalau dari perspektif Anda, apa artinya ini bagi kita terutama pemerintah? Melihat kajian ini, bagaimana mestinya ke depan upaya memitigasi ancaman bencana gempa tersebut? Saat ini, apa yang sudah dan belum optimal dilakukan pemerintah terkait upaya mitigasi bencana? Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, Radio Idola Semarang mewawancara Ahli Geodesi dan Gempa Bumi dari Institute Teknologi Bandung (ITB) Dr. Irwan Meilano. (Heri CS)

Berikut wawancaranya:

Artikel sebelumnyaBPJS Kesehatan Beri Waktu Hingga Akhir Juni 2019 Bagi RS Urus Akreditasi
Artikel selanjutnyaDi Tengah Masih Minimnya Akses Buku Bacaan, Kolaborasi Seperti Apa yang Dibutuhkan untuk Meningkatkan Budaya Baca dan Literasi Masyarakat?