Mengurai Persoalan Utama Pelaku UMKM, Benarkah, Kucuran Dana Besar Mampu Menjawab dan Mengatasi Problemnya?

UMKM

Semarang, Idola 92.6 FM – Sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi kontributor terbesar dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia. Di tengah badai krisis moneter 1998—sektor UMKM mampu menjadi benteng perekonomian bangsa kala itu. Pada tahun 2018 tercatat bahwa sektor ini menyumbang 60,34% pada PDB Indonesia. Namun demikian, potensi besar yang dimiliki hingga kini belum mendapatkan perhatian yang layak dari pemerintah.

Karena itu, kita perlu membantu kelahiran UMKM-UMKM. Apalagi, saat ini semakin banyak orang yang tertarik untuk memulai usaha sendiri. Meski tak jarang, para pebisnis UMKM tersebut hanya sekedar bermodal spekulasi. Begitu melihat adanya usaha yang sukses, mereka pun berebut masuk ke bidang yang sama tanpa berpikir panjang.

Padahal tanpa disertai mindset dan mindskill yang memadai keberlangsungan hidup UMKM tersebut patut dipertanyakan keberlanjutannya. Bisa stagnan atau layu sebelum berkembang dan menghasilkan keuntungan. Dan, tak bisa dipungkiri, kita masih kesulitan mencari UMKM yang naik kelas dalam seperti dalam kwadran Robert T Kiyosaki: bisnis owner atau investor. Kebanyakan, mereka stagnan pada level paradigma ala pedagang biasa atau layaknya kwadran employee atau self employee.

Nah, di tengah problem itu, pada periode ini, Pemerintah berjanji mengucurkan dana pengembangan UMKM senilai Rp190 triliun. Tak hanya itu pemerintah juga akan melibatkan UMKM dalam proyek infrastruktur Pemerintah. Rencana ini menjadi tantangan tersendiri bagi Teten Masduki selaku Menteri Koperasi dan UKM ke depan.

Lantas, melihat problem ini, mengurai Persoalan Utama UMKM—benarkah, modal menjadi problem utama kalangan UMKM? Rencana pemerintah yang akan mengucurkan dana Besar hingga 100 triliun lebih mampu menjawab dan mengatasi problemnya? Jika problem bagi pelaku UMKM ada pada mindset, upaya pemberdayaan seperti apa yang mesti terus menerus dilakukan?

Menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, Radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni: Syahnan Phalipi (Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Himpunan Pengusaha Mikro dan Kecil Indonesia (DPP HIPMIKINDO)) dan Enny Sri Hartati (Direktur Institute for development of Economics and Finance (INDEF)). (Heri CS)

Berikut diskusinya: