Menyoroti Mudahnya Orang Menghina Simbol Negara dan Kritik Tanpa Etika, Ini Fenomena Apa?

Semarang, Idola 92.6 FM – Ancaman dari seorang pemuda yang akan memenggal kepala Presiden Jokowi, bukanlah hal yang sederhana, apalagi jika dilihat dari perspektif pendidikan. Bagaimana bisa seorang pemuda yang tentunya pernah mengenyam pendidikan dengan enaknya mengancam membunuh kepala negara di ranah publik, dan disaat bulan Ramadhan. Bisa dikatakan ada bibit kebengisan dalam dirinya sebab tidak bisa menghormati simbol negara, mengancam keamanan negara dan tidak bisa menghormati agama.

Demikian dikemukakan dosen UGM Ir Bagas Pujilaksono Widyakanigara. Dengan fenomena ini, Widyakanigara mendukung rencana Presiden Jokowi ke depan fokus untuk membenahi SDM Indonesia utamanya lewat jalur pendidikan, baik pendidikan dasar, menengah, atas dan tinggi. Pembenahan sistem pendidikan di Indonesia bisa dimulai dengan beberapa hal, antara lain: sederhanakan kurikulum nasional sesuai usianya, dan muatannya harus bersifat mendasar, humanis, dan cultural; ajarkan kembali pelajaran Pancasila, sejarah, budipekerti, agama dalam cakupan rasional dan kontekstual, kesenian dan kebudayaan, khususnya bagi murid SD, SMP dan SMA; bebaskan sekolah dan kampus dari ancaman dogma-dogma radikalisme agama; Bebaskan sekolah dan kampus dari perilaku deskriminatif dari segala bentuk parameter SARA; dan perbaiki mekanisme dan sistem evaluasi pendidikan nasional secara berkala dan rutin.

Menurut Widyakanigara, negara harus hadir dalam menjamin kulitas pendidikan nasional dan sekolah harus imun dari segala bentuk penyusupan faham-faham ideologi sesat yang dilakukan oleh guru-guru dan alumni yang ujung-ujungnya menggoyahkan Pancasila, keutuhan NKRI dan merusak Kebhinneka Indonesia. Radikalisme di sekolah dan kampus bukanlah isapan jempol, namun fakta yang menghadang perjalanan sejarah Bangsa Indonesia. Pendidikan nasional dalam ancaman serius dan harus dibenahi menyeluruh.

Lantas, terlepas dari situasi politik yang berkembang, kini kita melihat begitu mudahnya orang menghina simbol negara dan mengkritik tanpa mengindahkan etika, ini menunjukkan fenomena apa? Apa akar masalahnya? Adakah yang salah dengan Pendidikan dan Lingkungan Sosial Kita? Atau Semata Karena Politik? Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, Radio Idola Semarang mewawancara Ketua Departemen Sosiologi FISIPOL UGM Dr Arie Sudjito. (Heri CS)

Berikut wawancaranya: